RADAR NONSTOP - Relawan Jokowi yang merupakan tokoh - tokoh penting di organisasi masing - masing pindah ke lain hati. Mereka barisan para mantan Jokower, kini berdiri tegak di barisan Prabowo - Sandi.
Para mantan Jokower ini adalah organisatoris yang tak bisa dipandang sebelah mata. Jasa dan keringat mereka mengantarkan Jokowi ke kursi gubernur DKI Jakarta di Pilkada 2012 silam, cukup besar.
Begitu pula saat Pilpres 2014, mantan Jokower ini bahu membahu memenangkan Jokowi hingga akhirnya sukses menduduki kursi empuk RI 1 hingga saat ini.
BERITA TERKAIT :Namun, karena kecewa menyaksikan begitu banyak janji kampanye yang tak direalisasikan Jokowi, para Jokower ini pun dengan tegas mendeklarasikan diri keluar dari barisan Jokowi. Jadilah mereka menjelma sebagai mantan Jokower.
Tak tanggung - tanggung, mungkin khawatir nama - nama besar mereka dicatut, para Jokower ini menggelar deklarasi di Taman Aspirasi, Monas, Jakarta Pusat, sekitar pukul 15:30 WIB. Dalam deklarasi ini mereka mengusung tagar #GerakanParaMantan dan #KapokPilihJokowi.
Mereka di antaranya Ketua Aliansi Rakyat Merdeka (ARM) Muhammad Djumhur Hidayat, Ketua Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP) Sjafti Hidayat, mantan Sekjen Pro Jokowi (Projo) Guntur Siregar, Ketua Jokowers Dadan Hamdani, Ketua Aliansi Perguruan Tinggi Feby Lintang, pengurus Jokowi Garis Keras, pengurus Fanatik Jokowi, dan pengurus Barisan Kotak-kotak Kita Jokowi.
"Kita kecewa dan sangat marah kepada Jokowi karena apa yang terjadi selama 4,5 tahun pemerintahannya, tidak seperti yang dijanjikan dan yang kita bayangkan. Semua bohong," kata Djumhur saat berorasi.
Ia mengaku mulai kecewa kepada Jokowi setelah mantan walikota Solo yang dilantik menjadi Presiden RI ke-7 pada 20 Oktober 2014 itu menerbitkan PP Nomor 58 Tahun 2015 tentang Pengupahan yang menghapus sistem tripartid dalam pembahasan UMP, dan disandarkan pada formula inflasi serta pertumbuhan ekonomi secara nasional, sehingga kehidupan buruh yang sudah sulit, menjadi semakin sulit.
Kekecewannya makin menggunung ketika Jokowi juga membuat kebijakan yang menghapus kewajiban bagi tenaga kerja asing (TKA) untuk bisa berbahasa Indonesia, dan kebijakan-kebikakan lain yang akhirnya membuat TKA, khususnya dari China, membanjiri Tanah Air.
"Saya juga melihat makin lama pemerintahan Jokowi semakin otoriter seperti Orde Baru, dan cenderung melanggar HAM, sehingga kebebasan berbicara dan berpendapat pun diberangus. Saya khawatir kalau kita tidak bertindak, kita takut kehidupan kita sehari-hari juga diinteli dan dimata-matai. Bahkan bukan mustahil kita juga akan ditangkapi jika mereka tahu kita tidak lagi mendukung dan berbalik mengkritisinya," kata dila.
Djumhur menilai apa yang dilakukan pemerintahan Jokowi telah mengkhianati perjuangan para pejuang reformasi yang menumbangkan Orde Baru demi memiliki kehidupan bernegara yang demokratis, dan tidak sesuai dengan apa yang dulu digembar-gemborkan, yang membuat ia dan kawan-kawannya ikhlas mendukung Jokowi untuk menjadi gubernur Jakarta dan kemudian menjadi Presiden RI.
Dalam rilis yang dibagikan kepada media, para relawan yang pernah masuk dalam Tim Transisi dan tim-tim lain yang dibentuk di awal pemerintahan Jokowi itu mengaku menyesal memilih Jokowi karena nyatanya, dalam 4,5 tahun pemerintahan Jokowi, mereka hanya melihat berbagai kegagalan dan berbagai persoalan yang membuat kehidupan bernegara pun menjadi tak nyaman.
Kegagalan itu antara lain terjadi pada program Revolusi Mental yang disebabkan oleh status Jokowi yang hanya sebagai petugas partai yang tidak bisa melakukan perubahan karena berada dalam kendali partai tempatnya berlindung.
Mereka juga menyebut Jokowi gagal melaksanakan Nawacita, program yang ikut mereka susun sebagai acuan Jokowi dalam menjalankan pemerintahan, karena dalam perjalanannya, Nawacita menjadi NAWADUKA bagi rakyat karena berbagai persoalan ekonomi yang diperburuk dengan semakin terbelitnya negara dalam lingkaran utang yang mematikan.
"Manajemen pemerintahan amburadul, karena hanya di pemerintajan Jokowi karpet mereka digelar bagi ketua partai untuk mengintervensi istana melalui lembaga bertameng Pancasila," kata para relawan itu melalui rilisnya.
Mereka berharap, dengan mencabut dukungan untuk Jokowi dan mengalihkannya kepada Prabowo-Sandi, mereka dapat memperbaiki kesalahan karena baru di era Jokowi pula persatuan dan kohesi masyarakat Indonesia hancur dan masyarakat terbelah akibat politik jahat bermodus adu domba berbasis politik identitas atas dasar agama dan kesukuan.
"Baru di era Jokowi juga proses pemilihan umum penuh kecurangan," kata mereka.
Selama deklarasi, para mantan relawan Jokowi ini membentangkan spanduk, menyanyikan lagu yang menegaskan bahwa mereka kapok pilih Jokowi, dan memberikan kartu merah untuk Jokowi sebagai penegasan bahwa bagi mereka, karir politik Jokowi sebagai presiden telah selesai, tak ada periode kedua.
"Kami bahkan siap mengantar Jokowi pulang ke Solo," kata mereka.
Ketua Bara JP Sjafti Hidayat mengatakan, setelah deklarasi ini, semua relawan yang menyatakan mencabut dukungan untuk Jokowi dan pindah ke 02, akan berjuang memenangkan 02 agar memenangi Pilpres 2019 demi terciptanya Indonesia yang damai, adil dan makmur.
"Kami akan mengajak semua orang di sekitar kami, siapa saja, yang kami kenal maupun tidak, untuk memilih Prabowo-Sandi. Kami juga akan menjagai TPS untuk memastikan bahwa 02 tidak dicurangi 01," tegasnya.