RADAR NONSTOP - PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) memilih bus listrik asal China, BYD. Bus ini diklaim sebagai bus rendah emisi.
Bus China bukan hal baru bagi TransJakarta. Di 2014-2015 atau era Ahok, perusahaan milik Pemprov DKI itu memakai bus Zhongtong.
Bus buatan negeri tirai bambu itu disebut-sebut sering mogok. Bahkan, aliran listrik di diduga sering konslet dan bus terbakar.
BERITA TERKAIT :Untuk diketahui, bus BYD yang bakal digunakan sebagai armada merupakan bus yang diimpor oleh Bakrie Autoparts. Sementara untuk bodinya dibikin karoseri lokal, Nusantara Gemilang.
Dijelaskan Direktur Utama Transjakarta Agung Wicaksono, ada kekurangan dan kelebihan bus listrik asal China.
Untuk kelebihannya, bus ini rendah emisi. Emisinya hanya 0 persen. "Kita harus tahu, emisi di kota itu, 46 persennya dari transportasi," kata Agung seperti dilansir dari dtc, di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Kamis (21/3/2019).
Sementara secara teknis, baik dari segi bentuk luar maupun interior, kurang lebih sama dengan bus-bus kota pada umumnya.
"Namun komponen yang dimiliki bus listrik ini, kalau dari studi menunjukkan lebih rendah untuk keperluan biaya perawatan dan operasinya. Sehingga dalam jangka panjang, operasional akan membuat keseluruhan biaya dari pengelolaan bus akan lebih rendah. Total Cost of Ownership, biaya total kepemilikan jadi lebih rendah," lanjutnya lagi.
Meski punya kelebihan, bus listrik ini tetap punya kekurangan di harga beli awalnya lebih tinggi.
"Karena itulah Transjakarta di awal ini akan lakukan ujicoba. Dan ini dilakukan tidak dengan membeli armada ini. Jadi perlu ditekankan ini bukan berarti Transjakarta membeli armada. Armada akan dioperasikan oleh mitra operator bus besar," terang Agung.
"Nantinya operator itu yang akan menjadi operasional bus-bus ini. Dan Transjakarta dalam ujicoba akan membayar biaya operasionalnya, sehingga kita bisa ketahui berapa sesungguhnya biaya operasi yang tadi diperkirakan akan rendah," pungkasnya.