RN – Publik mendadak dehidrasi kepercayaan setelah sidak Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (KDM), bongkar sumber air Aqua di Subang. YLKI pun turun tangan, menuntut transparansi dan audit total.
Air mineral yang katanya dari pegunungan murni kini sedang jadi bahan perbincangan paling panas. Video viral Dedi Mulyadi yang melakukan sidak ke pabrik Aqua di Subang bikin publik tercekat, karena sumber air yang diklaim dari pegunungan ternyata berasal dari sumur bor.
“Jadi, ini maksudnya pegunungan bawah tanah?” sindir netizen. Komentar publik pun tumpah ruah seperti galon bocor.
BERITA TERKAIT :Tak mau masyarakat terus kering informasi, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) langsung meneguk isu ini dengan serius. Ketua YLKI, Niti Emiliana, meminta PT Tirta Investama, selaku produsen Aqua untuk berhenti bersembunyi di balik embun pegunungan dan mulai jujur kepada konsumen.
“Konsumen punya hak tahu apa yang mereka minum,” ujar Niti, Jumat (24/10).
YLKI menilai klaim iklan Aqua yang menggambarkan “kesegaran alami dari mata air pegunungan” bisa masuk kategori menyesatkan jika ternyata sumbernya adalah air bor biasa. Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen, hal seperti ini termasuk pelanggaran karena memproduksi dan memperdagangkan barang tidak sesuai dengan label atau iklan.
Niti pun mendorong agar pemerintah segera turun tangan melakukan audit independen terhadap sumber air Aqua, serta meninjau ulang izin usaha mereka. Menurutnya, transparansi adalah bentuk itikad baik, bukan cuma tagline promosi.
“Oleh karena itu YLKI mendorong adanya audit independen dan peninjauan ulang oleh pemerintah terkait perizinan usaha serta perolehan sumber air tersebut,” ujarnya.
YLKI juga menilai kasus ini harus jadi momentum pemerintah untuk menegakkan aturan di industri air minum dalam kemasan (AMDK). Sebab, air adalah produk yang dikonsumsi massal setiap hari, dan tidak semua orang punya privilese memasang sumur bor pribadi.
Sementara itu, pihak PT Tirta Investama mencoba menenangkan suasana. Mereka menegaskan bahwa Aqua tetap bersumber dari 19 mata air pegunungan yang tersebar di seluruh Indonesia. Setiap sumber, katanya, dipilih lewat 9 kriteria ilmiah dan diuji selama minimal satu tahun oleh para ahli geologi, hidrogeologi, dan mikrobiologi.
Tapi publik rupanya belum puas dengan klarifikasi tersebut. Netizen menyebut penjelasan itu terlalu kering tanpa bukti. YLKI pun menilai pernyataan perusahaan belum cukup untuk meredakan dahaga kepercayaan masyarakat, dan tetap menuntut adanya audit independen agar klaim air pegunungan tak hanya sebatas janji yang menguap.