RN - Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mulai emosi. Semrautnya persoalan Jakarta membuat, politisi PDIP ini sepertinya mulai dilanda pusing.
Alhasil, pernyataan Pram mulai keras dan blak-blakan. Awalnya Pram mengklaim tingkat kepatuhan Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam menggunakan transportasi umum telah mencapai angka 96 persen dari kebijakan yang mewajibkan ASN menggunakan transportasi umum setiap hari Rabu.
"Saya mendapatkan laporan langsung dari Kepala Dinas Perhubungan bahwa kepatuhan ASN mencapai 96 persen," kata Pramono di Balai Kota Jakarta, dikutip Kamis (8/5/2025).
BERITA TERKAIT :Seluruh pejabat pemprov kata Pram, menggunakan transportasi umum saat menuju Balai Kota untuk dilantik. Hal itu dilakukan sebagai bentuk keteladanan para ASN terhadap peraturan yang sudah ada.
"Semua wali kota, bupati, hingga pejabat struktural hadir dengan kendaraan umum. Mereka bahkan mengirim foto ke saya sebagai bukti," katanya.
Ia menyebutkan berdasarkan data, masih ada 4 persen ASN yang belum patuh menggunakan transportasi umum. Ia pun akan menindak tegas bagi ASN yang tidak mematuhi aturan tersebut.
"Yang 4 persen itu akan kami bina. Dibina itu ada dua, dibina serius atau dibinasakan," katanya.
Lebih lanjut, ia berharap kebijakan ini akan terus memicu perubahan budaya transportasi di Jakarta dan mendorong semakin banyak warga beralih ke moda angkutan umum. Kebijakan ini juga diperkuat dengan pembebasan tarif transportasi umum untuk 15 golongan masyarakat termasuk ASN.
Sementara pengamat politik Tamil Selvan menilai, pernyataan Pram sudah mulai keras dan blak-blakan. Istilah dibina atau dibinasakan kata Tamil, adalah keras dan menohok.
"Mungkin Pram sudah pening urus Jakarta. Bisa jadi Pram gaya kasar ikuti Ahok. Itukan ibarat bacornya sudah mirip Ahok," beber Komunikolog Politik & Hukum ini.
Tamil menilai, budaya ASN di Jakarta dan daerah berbeda. "Makin kenceng Pram ngoceh makin bandel itu ASN. Pram harus belajar dari era Ahok. Bacot Ahok keras dan ceplas-ceplos tapi ASN melawan," tegasnya.
Soerang ASN yang namanya enggan disebutkan mengaku, bahasa Pram soal dibinasakan sangat keras dan tajam. "Kita anak buah, pasti ikut aturan. Waktu Ahok bacotnya keras juga kita ikut tapi kan ada batasnya dong," terangnya.