Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Konglomerat Amerika Ray Dalio Dan ZigZag Prabowo  Dongkrak Ekonomi 

RN/NS | Senin, 10 Maret 2025
Konglomerat Amerika Ray Dalio Dan ZigZag Prabowo  Dongkrak Ekonomi 
Prabowo Subianto dan Ray Dalio.
-

RN - Untuk mendongkrak ekonomi nasional, Presiden Prabowo Subianto menggaet konglomerat asal Amerika Serikat (AS) Raymond Thomas Dalio atau Ray Dalio. Keduanya bertemu di Istana Negara, pada Jumat (7/3).

Langkah zigzag Prabowo ini ditanggapi optimis oleh semua pihak. Dalam pertemuan itu, Prabowo meminta nasihat Ray Dalio soal ekonomi global hingga Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).

"Saya rasa kami memang memerlukan nasihat-nasihat yang kritis. Saya rasa ini kuncinya untuk bisa bagaimana kemajuan di dunia ini bisa selalu kami cari, dan di mana kami selalu memerlukan nasihat-nasihat kritis dan juga keberanian untuk belajar dari satu sama lain," kata Prabowo kepada Ray.

BERITA TERKAIT :
Bareng Jokowi Dan SBY Diretret Akmil Magelang, Prabowo Sering Ajak Para Mantan

"Saat ini kami telah meluncurkan Badan Sovereign Wealth Fund yang baru ini, dan kami sangat beruntung Anda hadir di sini," katanya.

Prabowo mengaku beruntung bisa bertemu Ray yang memiliki banyak pengalaman luas seputar ekonomi global.

Ia berharap pendiri perusahaan pengelola dana terbesar di dunia Hedge Fund Bridgewater Associates itu mau menjadi sahabat Indonesia.

"Kami sangat beruntung dengan Anda hadir di sini sebagai seorang sahabat, dan kami selalu ingin Anda untuk bisa berinteraksi dengan anda. Saya rasa Anda berada dalam posisi yang dapat berbicara kepada kami secara terbuka dan juga secara kritis," kata Prabowo.

Ray Dalio merupakan pengusaha asal Amerika Serikat (AS). Dia bergelut di dunia hedge fund atau dana lindung nilai dengan mendirikan Bridgewater Associates.

Perusahaan itu mengelola dana para investor. Forbes mencatat perusahaan itu mengelola uang US$112 miliar atau setara Rp1.825 triliun (asumsi kurs Rp16.300 per dolar AS).

Forbes memperkirakan total kekayaan Ray Dalio mencapai US$14 miliar. Angka itu setara Rp228 triliun.

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) telah meminta kepada seluruh BUMN ikut aturan pada akhir Maret 2025.

"Kita harapkan akhir Maret ini sudah masuk ya (seluruh BUMN ke Danantara)," kata Chief Operation Officer (COO) Danantara Dony Oskaria di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (7/3).

Dony menegaskan seluruh perusahaan pelat merah itu akan bergabung ke Danantara, tanpa terkecuali. Ia menjelaskan saat ini tengah dilakukan proses pengalihan alias inbreng kepemilikan saham dari Kementerian BUMN.

Pria yang juga Wakil Menteri BUMN itu meyakini perusahaan-perusahaan pelat merah bakal lebih kuat di bawah pengelolaan Danantara. Pasalnya, dividen yang sebelumnya harus diserahkan kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan langsung dikelola Danantara untuk ekspansi maupun perbaikan perusahaan.

Khusus bagi BUMN Karya, Dony akan melakukan konsolidasi untuk memperbaiki kondisi perusahaan. Ia mengklaim sebenarnya tak banyak BUMN rugi atau dalam keadaan sakit.

"Kita dulu punya Rp320 triliun untung, dividennya umpama Rp150 triliun, selama ini ke APBN. Kemudian, sekarang diinvestasikan untuk memperluas lagi kekuatan kita, untuk percepatan pembangunan. Tetapi tentu yang diinvestasikan di sektor-sektor dan juga parameter yang memang memberikan hitungan ekonomis untuk Danantara," imbuh Dony.

Sebelumnya Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan bahwa perusahaan pelat merah mencapai 114 di awal kepemimpinannya. Sekarang hanya tinggal 47 BUMN, di mana 7 BUMN dalam kondisi sakit.

Ia menegaskan 40 BUMN sekarang ini dalam kondisi sehat. Sedangkan 7 perusahaan pelat merah lainnya juga dipastikan bakal sehat setelah proses restrukturisasi.

Oleh karena itu, pria yang juga Ketua Dewan Pengawas Danantara tersebut menegaskan pentingnya seluruh BUMN berada di bawah kendali sovereign wealth fund (SWF) baru.

"Jangan setengah-setengah! Kalau nanti kita melakukan sesuatu setengah-setengah, malah gagal. Tujuh (BUMN) dulu, nanti dua lagi. Enggak, tanggung! Semuanya (47 BUMN) harus masuk (ke Danantara) ... Jadi, harus maksimal!" ungkapnya dalam CNBC Economic Outlook 2025 di The Westin, Jakarta Selatan, Rabu (26/2).

"Ini yang saya rasa jangan selalu dilihat dari sisi negatif, 'Oh dari 7 (BUMN), tambah banyak. Jangan-jangan Danantara nanti gak bisa, dalam arti sama kementerian kita sama-sama'. Enggak, jangan dilihat dari situ. Ini konsolidasi total supaya dividennya maksimal dan semua operating system kita bersinergi," tegas Erick.