RN - Anies Baswedan belum memutuskan akan maju atau tidak dalam pemilihan gubernur (Pilgub) Jakarta. Anies beberapa kali menyebut kalau dirinya masih konsen dalam gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK).
Peluang Anies jika maju Pilgub Jakarta 2024 sangat besar. Modalnya yakni 2.653.762 suara atau 41,07% di Jakarta saat pilpres.
Walau kalah dengan Prabowo di Jakarta tapi raihan suara Anies 2.653.762 di pilpres sangat besar. Karena jumlah pemilih Jakarta saat pilpres hanya 8.252.897 orang. Dari angka tersebut, jumlah yang menggunakan hak pilih 6.356.507 orang.
BERITA TERKAIT :Hasil dari pleno KPU Jakarta menyebutkan, pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memperoleh 2.692.011 suara atau 41,67%, Anies-Cak Imin memperoleh 2.653.762 suara atau 41,07% dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD memperoleh 1.115.138 suara atau 17,26%.
Saat Pilkada 2017 melawan Basuki T Purnama (Ahok), Anies menang telak dengan memperoleh 3.240.987 (57,96%) dengan total daftar pemilih tetap atau DPT 5.591.353. Jika Anies tidak maju bisa saja namanya akan pudar dan tenggelam.
Orang akan lupa prestasi Anies saat membangun Jakarta dengan meraih puluhan penghargaan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Apalagi suami dari Fery Farhati itu tidak punya partai dan bukan kader partai.
Lima tahun tidak menduduki jabatan publik tentunya banyak dinamika dan fenomena yang terjadi. Pancingan NasDem dan PKS agar maju menjadi Gubernur Jakarta patut dipikirkan oleh Anies.
Anies harus berhitung secara matang dan akurat. Jangan juga ketika maju Pilgub Jakarta, mendadak Anies kalah. Jika kalah, sudah otomatis, dia akan lenyap dalam dunia percaturan politik nasional.
Jika dihitung dari nama-nama yang beredar saat ini, penantang terkuat Anies adalah mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil alias Kang Emil. Tapi, Kang Emil tentunya tidak sehebat di Jawa Barat.
Belajar dari peta politik Pilkada DKI Jakarta, gerbong koalisi PKS dan PDIP yang selalu mendominasi kemenangan. PKS dan PDIP disebut-sebut partai yang memiliki mesin kuat di Jakarta hingga tingkat RT dan RW.
Nah, jika Anies berhasil menggabungkan PKS dan PDIP di Pilkada DKI pastinya kursi gubernur sudah di tangan. Tapi, jika PKS dan PDIP beda poros koalisi tentunya Anies harus mampu menyusun kekuatan yang solid.
Beradasarkan catatan, Pilkada DKI 2007 koalisi PDIP memenangi Pilgub Jakarta dengan mengusung Foke-Prijanto melawan Adang Daradjatun. Pilkada 2012, koalisi PDIP mampu mengantarkan Jokowi-Ahok menjadi gubernur dan wakil gubernur dengan menumbangkan Foke-Nara.
Nah, saat pilkada 2017, koalisi PKS dan Gerindra dengan menggusung Anies-Sandi yang sukses menumbangkan jago PDIP (Ahok-Djarot).