Oleh: Drs. Aam Ruswana, M.Kes.
Fenomena saat ini, persaudaraan sesama muslim di media sosial atau di dunia nyata hampir pudar dan terpecah belah.
Perbedaan bendera partai, pandangan politik, baju organisasi, beda pilihan dalam PILPRES dan PILEG menyebabkan timbulnya benih - benih perpecahan.
BERITA TERKAIT :Adanya persangkaan-persangkaan yang tidak baik, saling menyalahkan, saling menghujat, merasa pilihan dan kelompoknya yang paling benar.
Fitnah terhadap umat muslim pun mulai nampak. Cibiran terhadap ulama, ustadz, pendukung paslon yang kalah maupun yang menang.
Dalam kondisi seperti ini Islam memberikan tuntunan kepada kita agar kembali kepada sandaran utama kita yaitu Al Qur’an.
Sebagimana firman Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 103 “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, jangan bercerai berai. Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu yaitu ketika kamu dahulu (pada masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan hatimu satu sama lain, sehingga kamu karena nikmat Allah itu menjadi orang-orang yang bersaudara”. (QS. Ali Imran, 3:103).
Islam merupakan agama yang berisi panduan akhlak atau tingkah laku terbaik bagi manusia. Islam adalah agama keselamatan dan perdamaian, bukan agama peperangan.
Allah SWT dengan tegas menyuruh umat islam agar bersatu padu di bawah naungan panji islam karena dengan persatuan, menjadi kuat dan sanggup menegakkan ketentuan Allah SWT dengan sebaik-baiknya.
Sebaliknya kalau umat Islam tidak bersatu, terpecah belah, tidak solid dan terkotak-kotak, berebut dunia meninggalkan urusan agama dan kebaikan akhirat, maka hal ini akan menimbulkan disintegrasi/perpecahan di kalangan umat Islam dan lemahnya kekuatan serta terurainya simpul-simpul persaudaraan sesama muslim.
Seperti yang disinyalir oleh baginda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Abu daud: “Akan datang suatu masa, umat lain akan memperebutkan kalian, ibarat orang-orang yang lapar memperebutkan makanan dalam hidangan. Sahabat bertanya, “Apakah pada waktu itu jumlah kami hanya sedikit, ya Rasulallah?” Beliau menjawab, ”Bukan, bahkan sesungguhnya jumlah kalian saat itu banyak, tetapi tetapi kualitas kalian ibarat buih yang terapung-apung di atas air bah dan Allah akan mencabut wibawa kalian atas musuh kalian serta jiwa kalian akan tertanam wahn (kelemahan jiwa). Sahabat bertanya,”Apa yang dimaksud kelemahan jiwa ya Rasulallah?” Beliau menjawab yaitu cinta dunia dan takut mati”. ( HR. Abu Daud).
Ketika umat Islam tidak lagi satu umat Yang memiliki akar kuat laksana pohon yang kokoh, melainkan menjadi seperti buih yang diombang ambing gelombang.
Ketika perselisihan dan emosional telah merobek-robek kita menjadi kelompok-kelompok kecil yang tidak memiliki kekuatan. Maka Allah mengingatkan kepada kita: Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. ( Al Anfal 46 )
Ayat di atas memberikan isyarat :
1 Agar kita senantiasa Taat Kepada Allah dan Rasul-Nya. dengan menjalankan segala peritah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, Allah berjanji kepada mereka kelak masuk sorga bersama orang-orang yang diberi nikmat Sebagaimana dalam QS. An Nisa ayat 69.
Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
2 Jangan berbantah-bantahan / bermusuh-musuhan. Jangan membenci orang yang sudah membuat kita terluka dan kecewa. Sesakit apapun yang kita alami jangan membuat kita menjadi jahat karena itu hanya akan mengotori hati. Tetaplah menjadi orang yang baik dan terus belajar sabar ikhlas dan tidak dendam. Dan jadilah manusia yang pemaaf karena disetiap perbuatan pasti ada balasannya dan disetiap sabar pasti ada ganjarannya, yang penting kita telah melakukan yang terbaik. menjatuhkan pilihan, loyalitas, dukungan, keberpihakan berdasarkan semangat agama dan kebangsaan.
Biarlah perbedaan itu kita serahkan kepada Allah untuk memutuskan pada hari kemudian siapa yang benar, karena apapun yang lakukan di dunia ini pasti akan mendapat balasannya di akhirat nanti apabila pemimpin yang kita pilih berbuat baik, jujur, adil dan mencintai rakyatnya maka kita akan mendapatkan kebaikan dari pekerjaan yang dia lakukan tapi sebaliknya apabila yang dipilih berbuat tidak baik maka akan mendapatkan keburukan dari apa yang di kerjakannya dan akan menjadi sesalan di akhirat nanti. Oleh karena itu Jadikanlah semua hidup ini bernilai ibadah (hayatuna kulluha ibadatun)
“Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami. "Demikianlah Allâh memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. [al-Baqarah/2:166-167].
3. Menjalin hubungan baik dan Merajut tali kasih dengan sesama umat Islam. Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah tegas terhadap segala bentuk kemunkaran, tetapi berkasih sayang sesama mereka.(umat muslim ) Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. ( Al Fath : 29 )
Apa pun baju organisasinya, apapun jabatan dan kedudukannya, siapa pun pilihan politiknya, Kita adalah bersaudara; saudara seagama, saudara seiman, saudara sebangsa dan setanah air. Mari ruku, sujud bersama mengharap ridlo Allah SWT.
Kita eratkan tali ukhuwah Islamiah, tebarkan kedamaian, tanggalkan arogansi dan ashobiyah ( kebanggaan, fanatisme golongan ). Kita satukan derap dan langkah, saling bahu membahu sebagai penanda bahwa kita adalah ummat yang satu dan bersaudara, dengan kekuatan iman, kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi, kekuatan ekonomi dan amal nyata melangkah menuju negeri berkah, subur, makmur, gemah rifah berlimpah rahmat dan ampunan Allah. Aamiin.