Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Eks PM Israel Sebut Netanyahu Lagi Setres Dan Menciut 

RN/NS | Kamis, 09 November 2023
Eks PM Israel Sebut Netanyahu Lagi Setres Dan Menciut 
Mantan PM Israel Ehud Olmert.
-

RN - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dicap menciut. Dia juga lagi dilanda setres berat.

Pernyataan itu disampaikan oleh mantan PM Israel Ehud Olmert seperti dilansir Al Jazeera dan Politico, Rabu (8/11/2023). Olmert menjabat PM Israel periode tahun 2006 hingga tahun 2009, dari Partai Kadima yang beraliran liberal.

Olmert menuding Netanyahu juga dinilai salah perhitungan dengan menyatakan akan memikul tanggung jawab keamanan atas Jalur Gaza setelah perang melawan Hamas berakhir.

BERITA TERKAIT :
Israel Bom Rusun Di Gaza, Ratusan Mayat Bergelimpangan 
Setelah Bela Gaza Palestina, Kini Mia Khalifa Tobat Dari Bintang Film Seks

Olmert, dalam wawancara dengan media terkemuka Politico, berpendapat bahwa Netanyahu berada dalam kondisi 'nervous breakdown' saat ini karena berusaha menghindari pemecatan dari jabatannya karena gagal menjaga keamanan nasional Israel dalam serangan Hamas sebulan lalu.

"Dia (Netanyahu) menciut. Dia hancur secara emosional, itu sudah pasti. Maksud saya, sesuatu yang buruk terjadi padanya," ucap Olmert dalam wawancara tersebut.

Olmert juga menyebut Netanyahu kini menjadi 'bahaya' bagi Israel. "Setiap menit dia menjabat Perdana Menteri, dia menjadi bahaya bagi Israel. Saya bersungguh-sungguh. Saya yakin Amerika memahami dia sedang dalam kondisi buruk," ujarnya, merujuk pada Netanyahu.

Lebih lanjut, Olmert menilai bahwa Israel saat kini menyimpang dari jalur strategisnya. Dia merujuk pada komentar Netanyahu baru-baru ini, yang menyebut Israel akan memikul 'tanggung jawab keseluruhan' atas keamanan Jalur Gaza untuk periode yang tidak terbatas, setelah perang melawan Hamas berakhir.

Menurut Olmert, pendekatan yang diambil Netanyahu itu salah karena sama saja kembali ke tahun 2005 lalu, ketika Israel menjalankan kekuasaan militer atas Jalur Gaza.