RN - Harga cabai menjerit. Saat ini harga cabai sudah mirip dengan emas per gram.
Pedagang pecel lele mengaku kalau harga cabai naik membuat dirinya tepok jidat. "Mahal, saya beli Rp 80 ribu per kg. Ke mana nih menteri-nya," kata Simidi, pedagang pecel lele di kawasan Cengkareng, Jakbar, Kamis (2/11).
Begitu juga dengan Saputro. "Kacau ini harga cabai, naik terus saya beli sampai 86 ribu per kg, menterinya sibuk pilpres ya," keluh pedagang bakso di Kemayoran, Jakpus ini.
BERITA TERKAIT :Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan bahwa saat ini pasokan cabai rawit merah ke Pasar Induk Kramat Jati mengalami penurunan sekitar 6%, karena sumber panen di daerah sentra produksi mengalami penurunan.
Namun, menurut Bapanas, pasokan ke Pasar tersebut masih relatif normal di kisaran 30 ton per hari. Untuk menopang stabilitas pasokan dan harga cabai di Pasar Induk, Bapanas juga melakukan Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) dari daerah surplus ke daerah defisit.
Deputi 1 Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA I Gusti Ketut Astawa mengatakan, pihaknya akan segera menambah pasokan ke Pasar Induk Kramat Jati melalui skema FDP dengan bersinergi dengan Kementerian Pertanian dan para gapoktan cabai di wilayah Jabar, Jateng, dan NTB.
Dari data Panel Harga Pangan Bapanas 30 Oktober 2023, harga rata-rata nasional cabai rawit merah (CRM) di tingkat produsen sebesar Rp50.310 per kg. Masih di atas harga acuan penjualan (HAP) sebesar Rp25.000 per kg - Rp31.500 per kg. Harga tertinggi di Sulawesi Utara Rp72.500 per kg dan terendah di Sulawesi Selatan Rp25.400 per kg.
Sedangkan di DKI Jakarta, harga rata-rata cabai rawit merah hari ini sudah menembus Rp77.460 per kg. Bahkan di Kepulauan Seribu, harga sudah mencapai Rp80.000 per kg.
Sementara itu, di tingkat konsumen harga rata-rata nasional CRM Rp51.872 per kg, masih berada di atas HAP sebesar Rp40.000 - Rp57.000 per kg. Harga tertinggi di Maluku Rp93.419 per kg dan terendah di NTT Rp43.000 per kg.
Sementara Ketua Umum Asosiasi Champion Cabai Indonesia, Tunov Mondro Atmojo, menuturkan, kenaikan harga cabai rawit merah saat ini telah diperkirakan sejak bulan Juli-Agustus lalu ketika para petani memasuki masa tanam. Saat itu, El Nino telah melanda sejumlah wilayah sentra cabai yang mengakibatkan kekeringan esktrem.
“Kelompok petani yang biasa tanam itu yang sumber airnya sudah kita siapkan, ternyata kering. Sungai saja kering. Jadi ini bukan karena gagal panen, tapi gagal tanam karena tidak ada air,” kata Tunov, Kamis (2/11/2023).
Tunov mengatakan, sunga-sungai yang biasanya diandalkan sebagai pemasok cadangan air untuk kebutuhan penanaman ikut kering. Alhasil, penanaman pada bulan Juli-Agustus tidak optimal yang dampaknya terasa saat ini.
Ia mencontohkan seperti di Magelang, Jawa Tengah, di mana ia bersama kelompok petaninya telah menyiapkan area penanaman 80 hektare pada Agustus lalu.
“Tapi, yang tertanam hanya sekitar 10 persen yang sekarang dipanen,” katanya.
Imbasnya, harga jual cabai dari petani cukup tinggi yakni sekitar Rp 50 ribu ke pasar induk. Harga itu jauh di atas dari acuan Badan Pangan Nasional sebesar Rp 25 ribu - Rp 31.500 per kg. Namun, bagi petani harga itu cukup normal untuk memperoleh keuntungan mengingat hasil panen yang cukup minim.
Saat ini, kata Tunov, pihaknya bersama Kementerian Pertanian telah bekerja sama untuk memasok minimal 10 ton cabai rawit merah ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta dengan harga yang disepakati Rp 50 ribu.
Sebagai informasi, Badan Pangan Nasional telah menetapkan harga acuan pembelian/penjualan (HAP) cabai rawit merah di level konsumen melalui Peraturan Nomor 17 Tahun 2023. Di mana, HAP di level konsumen sebesar Rp 40 ribu - Rp 57 ribu per kg.