RN - Siapa bilang usus buntu hanya sembuh dengan operasi. Kini perkembangan teknologi ilmu kedokteran sudah semakin canggih.
Para ahli memperkirakan prosedur kalau operasi bukan jalan satu-satunya membasmi usus buntu. Pengangkatan usus buntu secara cepat telah menjadi pengobatan standar dokter selama lebih dari satu abad.
Tetapi kali ini para peneliti di Karolinska Institutet, Swedia berpendapat bahwa dokter bisa mengandalkan antibiotik tanpa operasi.
BERITA TERKAIT :Temuan ini muncul di tengah dorongan untuk mengurangi biaya rawat inap Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) dan jumlah prosedur yang tidak perlu dilakukan.
Menulis di jurnal JAMA, tim peneliti mengatakan temuan ini akan lebih bermanfaat bagi dokter serta pasien dalam membuat keputusan pengobatan.
Para ahli menganalisis dua percobaan terpisah, yang menilai hasil dari 292 pasien yang dirawat di rumah sakit karena radang usus buntu. Kondisi yang menyebabkan sakit perut yang menjalar ke sisi kanan bawah ini bisa mengancam jiwa tanpa penanganan yang cepat.
"Sebanyak 40 penderita dibagi menjadi dua kelompok sebagai bagian dari studi pertama. Setengahnya menerima operasi usus buntu," kata peneliti, dikutip dari Daily Mail, Jumat (11/8/2023).
Yang lain mendapat antibiotik selama 10 hari, dengan semua kecuali satu sembuh dengan sukses. Sementara itu, tingkat keberhasilan mencapai 86 persen pada studi kedua yang lebih besar.
Ketika hasil dari kedua studi dikumpulkan, terungkap bahwa 40 persen pasien yang diobati dengan antibiotik kemudian memerlukan operasi usus buntu. Para peneliti menulis lebih dari separuh pasien yang dirawat tanpa operasi tidak mengalami kekambuhan dan menghindari operasi selama kira-kira dua dekade.
"Tidak ada bukti untuk risiko jangka panjang dari manajemen nonoperatif selain dari kekambuhan usus buntu," tulis peneliti.
Namun, mereka mencatat standar diagnostik operasi pada saat itu berbeda dengan hari ini. Petugas medis melakukan 'tingkat pencitraan yang jauh lebih tinggi' sekarang, yang berarti lebih sedikit pasien yang salah didiagnosis dengan radang usus buntu.
NHS mengatakan sekitar 50 ribu orang di Inggris dirawat di rumah sakit setiap tahun karena radang usus buntu. Sekitar 11,6 juta kasus usus buntu dilaporkan setiap tahun di AS..
Jika tidak diobati, kondisinya bisa berakibat fatal. Selama operasi, usus buntu dikeluarkan dari tubuh setelah dokter membuat tiga atau empat sayatan kecil di perut.
Setelah operasi rutin, sebagian besar pasien dapat pulang keesokan harinya dan kembali beraktivitas normal setelah sepekan. Tetapi seperti halnya operasi apa pun, ada risikonya.
Sekitar satu dari 10 pasien menderita efek samping dari operasi itu sendiri, seperti terkena infeksi kulit. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa penelitian di Eropa menunjukkan kebanyakan orang dengan usus buntu dapat berhasil diobati dengan antibiotik alih-alih menjalani operasi.
Tujuh tahun lalu, para ahli menyatakan bahwa ini adalah 'waktu untuk mempertimbangkan' meninggalkan operasi usus buntu rutin, sehingga ratusan anak tidak perlu mengeluarkan organnya setiap tahun.
Penyebab dan Solusi
Diketahui, gejala utama penyakit usus buntu adalah nyeri di perut yang disebut kolik abdomen. Nyeri tersebut dapat berawal dari pusar, kemudian bergerak ke bagian kanan bawah perut. Lokasi nyerinya bisa berbeda-beda, tergantung pada usia pasien dan posisi usus buntu itu sendiri.
Dalam waktu beberapa jam, nyeri akibat penyakit usus buntu bisa bertambah parah, terutama saat bergerak, menarik napas dalam, batuk, atau bersin. Selain itu, nyeri juga bisa muncul secara mendadak, bahkan saat penderita sedang tidur.
Gejala nyeri perut tersebut dapat disertai gejala lain, di antaranya:
Perut kembung
Mual dan muntah
Demam dan menggigil
Hilang nafsu makan
Tidak bisa buang gas atau kentut
Sembelit (konstipasi)
Diare
Untuk pencegahan penyakit usus buntu yakni:
Meningkatkan asupan makanan sumber serat
Minum air putih dalam jumlah yang cukup
Mengonsumsi makanan yang mengandung probiotik
Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala