RN - Jusuf Kalla meminta kepada Anies Baswedan agar tidak asal comot memilih pendamping. Kata dia, cawapres harus mampu mendongkrak suara.
Selain itu kata politisi senior Golkar yang pernah menjadi wapres era SBY dan Jokowi ini menyatakan, cawapres juga harus bisa diajak kerjasama.
Hal itu dikatakan JK sapaan akrab Jusuf Kalla saat buka puasa bersama di Kantor DPP Partai Nasdem.
BERITA TERKAIT :"Cocoknya kalau calon menambah suara dan bekerja sama nanti kalau menang," ujar JK di Kantor DPP Partai Nasdem, Jakarta, Sabtu (25/3) malam.
JK tak menjawab soal adakah tokoh yang diusulkannya menjadi cawapres untuk Anies. Menurutnya, keputusan tersebut berada di tangan Anies sebagai bakal capres yang diusung Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
"Tergantung Pak Anies aja mana yang, partai-partai mana yang cocok," ujar JK.
Adapun dalam acara buka bersama tersebut, JK duduk satu meja bersama Anies dan Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh. Terdapat pula di dekatnya Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, dan Sekretaris Jenderal PKS Habib Aboe Bakar Alhabsyi.
"Obrolannya tentang puasa tentang buka puasa , lebaran dibahas itu saja. Kadang ekonomi kita bagaimana ke depan," ujar mantan ketua umum Partai Golkar itu.
Sebelumnya, Perwakilan dari Anies, Sudirman Said mengatakan, bahwa Koalisi Perubahan untuk Persatuan mempertimbangkan banyak hal dalam pemilihan cawapres. Meskipun keputusan akhirnya nanti berada di tangan Anies sebagai bakal capres.
Setidaknya, tim kecil dari Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan PKS sudah mengerucutkan lima kriteria untuk pendamping Anies. Pertama adalah sosok yang secara elektabilitas cukup tinggi dan memiliki kerentanan politik rendah.
"Dua, figur itu diharapkan bisa membantu dalam menjalankan pemerintahan yang efektif. Tiga, figur itu bisa menjaga keseimbangan koalisi," ujar Sudirman di Kantor Sekretariat Koalisi Perubahan, Jakarta, Jumat (24/3).
Keempat, sosok tersebut harus memiliki visi yang sama dengan Anies. Terakhir adalah mampu bekerja sama sebagai dwi tunggal, baik saat menghadapi pemilihan presiden (Pilpres) 2024 hingga ketika terpilih sebagai pemimpin periode selanjutnya.
"Itu kita timbang semuanya, dan mencari yang terbaik, mendengar masyarakat. InsyaAllah waktunya masih cukup, seluruh tahapan yang digambarkan dalam timeline dibicarakan dengan sangat terbuka," ujar Sudirman.