RADAR NONSTOP - Drajad Hari Wibowo ikut merespon surat terbuka dari lima pendiri PAN yang mendesak Ketua Dewan Kehormatan PAN Muhammad Amien Rais mundur.
Kelima pendiri PAN tersebut adalah Abdillah Toha, Albert Hasibuan, Goenawan Mohamad, Toeti Heraty, dan Zumrotin. Mereka membuat surat terbuka tertanggal 26 Desember 2018.
Dradjad yang merupakan anggota Dewan Kehormatan DPP PAN, merasa perlu bersuara menyikapi surat terbuka tersebut. Responsnya pun menohok. "Karena banyak jurnalis yang bertanya, saya menjawabnya melalui Surat Terbuka saja," katanya kepada JPNN, Rabu (26/12).
BERITA TERKAIT :Dalam surat terbukanya, Dradjad mengaku sangat menghormati dan berterima kasih kepada para pendiri, termasuk kelima tokoh yang meminta Amien Rais mundur dari partai.
"Namun sesuai prinsip-prinsip yang beliau sebutkan, sebagai yunior saya wajib bersuara. Surat beliau itu tidak obyektif karena tidak sesuai fakta," lanjut Dradjad.
Berikut Surat Terbuka Dradjad Hari Wibowo kepada Lima Pendiri PAN:
Karena banyak jurnalis yang bertanya, saya menjawabnya melalui Surat Terbuka saja.
Pertama, saya sangat menghormati dan berterima kasih kepada para pendiri, termasuk Pak Abdillah, Mas GM, Pak Albert, Bu Toeti, dan Mbak Zum. Namun sesuai prinsip-prinsip yang beliau sebutkan, sebagai junior saya wajib bersuara.
Surat beliau itu tidak obyektif karena tidak sesuai fakta. Contohnya, Pak Amien dituduh sering melakukan manuver politik yang tidak sejalan dengan kelima prinsip tersebut. Mari kita lihat prinsip ke 4 dan 5 tentang keterbukaan, inklusif, persamaan hak dan kewajiban warga negara.
Kita lihat kasus Bara Hasibuan, putra Pak Albert Hasibuan. Dalam Pileg 2014 menurut rekap KPU Sulut jumlah suara Bara adalah 17.672 suara. Bara tidak lolos ke Senayan. Yang terpilih adalah Yasti Soepredjo Mokoagow dengan suara 112.758, yang lalu dikoreksi menjadi 103.801 suara.
Karena Yasti mundur untuk menjadi Bupati Bolmong, Bara menggantikannya sebagai anggota DPR. Yasti beragama Islam, sebagian besar pemilihnya adalah saudara kita Muslim dari Kabupaten Bolmong. Bara bergama Kristen, tapi hanya belasan ribu saudara kita Kristiani Sulut yang memilih dia.
Faktanya, pergantian Yasti ke Bara mulus-mulus saja di PAN. Tidak ada isu agama apa pun. Padahal, kursi Bara itu berasal dari puluhan ribu bahkan mungkin lebih 100 ribu suara Muslim. Pak Amien dan bang Zulkifli Hasan sangat mendukung.
Jika pak Amien dan PAN tidak inklusif, tidak terbuka, tidak menghormati persamaan hak warga negara dan hak anggota PAN, apa mungkin pergantian ini mulus? Kurang inklusif bagaimana Pak Amien dan PAN?
Jika melihat 4 tuduhan pertama terhadap Pak Amien, saya meyakini surat itu tidak lepas dari dukungan Pak Amien dan PAN ke Mas Prabowo, bukan ke Pak Jokowi. Terus apa Pak Amien tidak boleh mendukung Prabowo? Apakah salah jika Rakernas PAN 2018 mendukung Prabowo? Bukankan itu hak warganegara yang ada di PAN?
Jika ada pengaruh kuat Pak Amien dalam Rakernas, mengapa beliau berlima pengaruhnya tidak kuat juga di dalam PAN? Mengapa beliau berlima tidak menyuarakan aspirasi dalam Rakernas?
Manuver Pak Amien disebut destruktif bagi PAN. Bukti empirisnya apa? Faktanya, dalam Pileg 2014 kursi dan suara PAN naik. Itu tidak lepas dari kerja Bang Hatta sebagai ketum, semua kader dan tentu manuver politik Pak Amien.
Soal tuntutan mundur, posisi dan peran Pak Amien itu selalu “jelas dan tuntas” dalam Kongres, forum tertinggi PAN. Apakah bapak/ibu berlima hendak mengajari yuniornya untuk tidak taat kepada keputusan Kongres?
Sebagai penutup, mohon maaf sekali atas kekritisan saya.
Salam hormat dari junior
Dradjad H Wibowo