Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Ekonomi Sulit Ditebak, Krisis Bisa Sasar Indonesia, Tahan Duit Buat Bertahan Hidup...

RN/NS | Selasa, 11 Oktober 2022
Ekonomi Sulit Ditebak, Krisis Bisa Sasar Indonesia, Tahan Duit Buat Bertahan Hidup...
-

RN - Kondisi ekonomi memang lagi sulit ditebak. Untuk itu di 20223 jangan lagi boros. Karena indikasi krisis global bakal menyambar ke Indonesia cukup besar.

Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan Eropa akan menghadapi krisis energi yang lebih parah pada 2023. Pasalnya, Eropa telah menguras tangki gas alamnya menjelang musim dingin.

Negara-negara Eropa mengisi tangki penyimpanan gas sekitar 90 persen dari kapasitas setelah Rusia memotong pasokan gas sebagai tanggapan atas sanksi Barat.

BERITA TERKAIT :
Jumlah Pengangguran Di Indonesia Tertinggi Di Asia, Kenapa BPS Setiap Tahun Selalu Bilang Turun?
Jerman Dan Inggris Krisis Bikin Pengusaha +62 Parno Lalu Tahan Duit 

Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol mengatakan Eropa bisa bertahan dengan penyimpanan gas 90 persen tersebut di musim dingin. Namun, akan kesulitan di waktu mendatang.

"Musim dingin ini sulit tetapi musim dingin berikutnya mungkin juga sangat sulit," kata Birol.

Prediksi IMF menyebutkan, pertumbuhan ekonomi global melambat signifikan dari 6,1 persen di tahun 2021 menjadi 3,2 persen di tahun 2022, dan 2,9 persen di tahun 2023. Ketidakpastian global tidak boleh membuat kita pesimistis. Dalam delapan tahun terakhir, kita telah memupuk modal penting untuk menciptakan ekosistem pembangunan yang lebih kondusif.

Ancaman krisis juga sudah diwarning Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dia mengaku pertemuannya dengan para ketua umum partai politik untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan. Hal ini dilakukan di tengah dampak gejolak ekonomi global terhadap Indonesia saat ini.

"Karena situasi ekonomi global yang tidak jelas, yang tidak pasti, yang sulit ditebak, sulit diprediksi, sulit dihitung, sulit dikalkulasikan sehingga stabilitas politik dan keamanan itu menjadi sangat penting saat ini," kata dia, di Istana Negara, Jakarta, Senin (10/10/2022).

Ia menyampaikan hal tersebut usai melantik Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Paku Alam sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Presiden juga melantik Hendrar Prihadi sebagai Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

Namun, Jokowi juga tak menampik, pertemuannya dengan para ketua umum partai politik beberapa waktu terakhir turut membicarakan agenda pada 2024. Pada 2024, Indonesia menyelenggarakan pemilihan umum dan pemilihan oresiden dan wakil presiden periode 2024-2029.

"Termasuk juga untuk 2024 lah, kita tidak mungkin tutupi itu," kata dia.

Ia mengatakan, stabilitas politik dan keamanan di dalam negeri sangat dibutuhkan saat ini. Ia menjelaskan tidak boleh ada persoalan besar dalam perekonomian dalam negeri menjelang Pemilu 2024.

"Jangan sampai kita menjelang pemilu padahal ada persoalan besar dalam ekonomi global, terganggu ekonomi kita, itu yang kita tidak kehendaki, sehingga saya intens berbicara dengan ketua-ketua partai untuk itu," kata dia.

Jokowi pada Sabtu (8/10/2022) bertemu Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, di Batutulis, Bogor, Jawa Barat. Pertemuan itu digelar selama dua jam.

Secara terpisah, Guru Besar Fakultas Ekonomi UI Miranda S. Goeltom menyebutkan, inflasi Indonesia  hanya 4 sampai 5 persen, sementara Amerika Serikat mencetak inflasi mencapai 9 persen.

“Secara umum Indonesia kuat untuk bertahan. Sepanjang sejarah perekonomian beberapa dekade terakhir, belum pernah dalam sejarah inflasi Indonesia lebih rendah dari pada inflasi Amerika Serikat,” kata Miranda Gultom saat menjadi moderator dalam Kuliah Umum Indonesia’s Economic Resilience and Future Challenges bagi peserta PPRA 63 dan 64 Lemhannas RI.

Hampir seluruh dunia mengakui kalau Indonesia mengakui kebijakan keuangan dan kebijakan fiscal yang baik.

“Kita tidak perlu ragu kalau semua sudah mengakui kemampuan Indonesia dalam menghadapi krisis. Tapi tetap harus hati-hati,” lanjut mantan  Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia tersebut.