Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Amerika Serikat Kena Resesi, Tabung Duit Agar Aman Jika Ada Krisis 

NS/RN | Rabu, 08 Juni 2022
Amerika Serikat Kena Resesi, Tabung Duit Agar Aman Jika Ada Krisis 
-

RN - Ancaman krisis melanda dunia. Bahkan, Federal Reserve memprediksi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) pada kuartal II-2022 menurun. 

Saat ini sudah terjadi kenaikan harga pangan dengan parah. Misalnya, saat pandemi harga daging ayam ukuran besar dibanderol US$ 7 atau Rp 100.800 (kurs Rp 14.400) dan sekarang harganya bisa sampai US$ 13 atau Rp 187.200.

Di supermarket 99 Cent, selama pandemi harga rata-rata barang dibandrol 99 sen, dan paling mahal US$ 2,99 atau Rp 43 ribu. Sekarang harga barang termurah di toko itu jadi US$ 1,99 sampai US$ 7,99.

BERITA TERKAIT :
Beda Dengan Jokowi, Prabowo Tancap Gas Tanpa Pecitraan Dan Bawa Oleh-Oleh Investasi
Prabowo Lebih Jago Dari Jokowi, Sekali Gebrak Bawa Rp156,5 Triliun Dari China

Jika itu terjadi, ekonomi Negeri Paman Sam terancam resesi. Berdasarkan pelacak gross domestic product (GDP) milik Federal Reserve, GDPNow Fed Atlanta, menunjukan pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II hanya 0,9%.

Mengutip dari CNBC, Rabu (8/6/2022) Sementara, pada kuartal I-2022 ekonomi AS hanya tumbuh 1,5%. Pertumbuhan yang menurun dua kuartal berturut-turut merupakan kriteria resesi.

Cara kerja GDPNow, mengikuti data ekonomi AS secara real time dan menggunakannya untuk memprediksi arah ekonomi.

Data hari Selasa, dikombinasikan dengan rilis terbaru lainnya. Kemudian, menghasilkan model yang menurunkan perkiraan pertumbuhan 1,3% pada 1 Juni menjadi prospek baru untuk kenaikan 0,9%.

Rincian hasil dari GDPNow, pengeluaran konsumsi pribadi AS yang biasanya 70% dari produk domestik bruto mengalami penurunan menjadi 3,7%. Angka itu juga turun dari perkiraan sebelumnya 4,4%.

Lalu, investasi domestik swasta bruto riil sekarang diperkirakan tumbuh 8,5%, dari sebelumnya 8,3%. Defisit perdagangan AS dengan mitra global turun menjadi US$ 87,1 miliar pada bulan April, masih merupakan jumlah yang besar menurut standar historis.

Kepala ekonom di perusahaan konsultan RSM, Joseph Brusuelas memprediksi ekonomi AS akan melambat dan hanya bisa tumbuh 1,8%.

"Saat ini, sepertinya pembicaraan tentang resesi adalah cerita 2023. Bukan tahun ini. Kita perlu melihat guncangan masa depan pada siklus bisnis. Perasaan saya adalah ekonomi akan melambat, tetapi hanya benar-benar kembali ke tingkat pertumbuhan tren jangka panjang 1,8%," jelasnya.

Sementara, Biro Riset Ekonomi Nasional AS atau National Bureau of Economic Research (NBER) mengatakan tidak selamanya pertumbuhan ekonomi turun dua kuartal berturut-turut akan resesi.

"Sebagian besar resesi yang diidentifikasi oleh prosedur kami terdiri dari dua atau lebih kuartal berturut-turut dari penurunan PDB riil, tetapi tidak selamanya," kata NBER di situsnya.