Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Ampun Dah, Giliran Cabai Yang Melejit Dan Latah Naik Jadi 70 Ribu 

NS/RN | Minggu, 06 Maret 2022
Ampun Dah, Giliran Cabai Yang Melejit Dan Latah Naik Jadi 70 Ribu 
Ilustrasi
-

RN - Kenaikan tahu tempe dan daging sapi merembet ke cabai. Harga komoditas ini latah mengalami kenaikan hingga Rp 70 ribu per kilogram (kg). 

Alasannya, cuaca ekstrem diakui petani menjadi masalah saat ini yang dihadapi lantaran berdampak pada penurunan produksi, terutama cabai rawit merah yang paling banyak dikonsumsi masyarakat.

Nono, petani cabai di Purworejo, Jawa Tengah mengaku, kenaikan harga cabai karena hasil panen yang tidak seperti biasanya. Tapi kata dia, kenaikan harga cabai tidak berdampak pada petani. 

BERITA TERKAIT :
Ikan Ke Darat Di Pantai Carita Banten, Warga Heboh Sinyal Tsunami 
Haji 2024 Digarap DPR, Kemenag Tuding Garuda Indonesia 

"Karena mereka belinya sama saja. Gak terlalu maha, kalau dipasaran 70 ribu per kg ya untung gede dong," tegasnya kepada wartawan, Minggu (6/3).

Petani Champion Cabai di Magelang, Jawa Tengah, Tunov Mondro Atmodjo, menjelaskan, kenaikan harga sudah mulai terjadi pada pekan kedua Februari lalu hingga pekan pertama Maret. 

Ia menjelaskan, banyak tanaman cabai mengalami kegagalan karena layu. Di Magelang, kata dia, tanaman yang layu hingga 40 persen. Itu dipicu oleh cuaca ekstrem yang membuat tanaman terinfekfis jamur sehingga hasil produksi turun.

"Tanaman mengalami layu fusarium. Ini karena cuaca kalau hujan ya sangat lebat, kalau panas ya sangat panas. Ini lumayan dampaknya menyerang lahan pertanaman cabai," katanya menambahkan.

Lebih lanjut, Tunov menjelaskan, cabai rawit dibanding jenis cabai lainnya memang memiliki risiko kegagalan lebih tinggi. Petani yang membudidayakan rawit juga harus memiliki keahliah khusus. Di sisi lain, cabai rawit adalah jenis yang paling banyak dikonsumsi masyarakat.

Itu sebabnya, lonjakan harga hanya terjadi pada jenis rawit merah sementara jenis lainnya cenderung stabil karena pasokan masih terjaga.

Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), Abdul Hamid, menjelaskan, kenaikan harga murni diakibatkan penurunan produksi akibat hujan. Faktor cuaca, terutama hujan intensitas tinggi sulit dihadapi petani dan menimbulkan banyak masalah yang berdampak pada harga.

Meskipun begitu, ia mengatakan, panen cabai akan selalu ada sehingga produksi tetap masih tersedia. "Nanti bulan Ramadhan juga akan ada panen yang banyak sekali, bisa jadi harga menjadi murah, bagi petani tentu itu juga kita khawatirkan," ujar dia.

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Tommy Nugraha, menjelaskan, produksi cabai di bulan ini berdasarkan early warning system (EWS) Kementan mencapai 104.115 ton dan surplus.

Adapun pada April produksi diperkirakan sebanyak 112.490 ton dan mengalami defisit sekitar 2.248 ton. Namun, posisi surplus diharapkan akan terjadi pada Mei dengan perkiraan produksi sebesar 120.354 ton.

"Sekarang kan banyak hujan dan banjir sehingga memang ada kekurangan pasokan, tetapi setelah dideteksi ada lokas siap panen menjelang Lebaran," kata dia.