RADAR NONSTOP - Wasekjen PPP, Achmad Baidowi, diminta ngaca, sebelum mengeluarkan pernyataan. Jangan cermin yang dibelah kalau buruk rupa.
Hal ini dikatakan politisi Partai Amanat Nasional, Moestaqiem Dahlan, menanggapi statement Awiek (Achmad Baidowi) yang menyatakan PAN sebagai ‘pencetak’ kader koruptor.
Moestaqiem menyebut, pernyataan Awiek tersebut sama sekali tidak berdasar. Karena, menurutnya, justru kader partai Ka'bah lah yang lebih banyak tersandung korupsi daripada partai berlambang matahari terbit.
BERITA TERKAIT :"Jumlah kader PPP yang terjerat kasus korupsi tidak lebih sedikit dari PAN. Kalau pun di kami (PAN) ada yang terjerat korupsi, itu pasti oknum dan individu. Dan PAN selalu konsisten memecat setiap kader yang tersandung korupsi," kata Moestaqiem, Jakarta, Kamis (29/11/2018) malam.
"Sekarang pertanyaannya, siapa mantan Ketum Parpol yang terjerat korupsi di KPK, Ketum PAN apa PPP?" kata Moestaqiem merujuk pada mantan Ketum PPP Suryadharma Ali (SDA) periode 2007-2014, yang terjerat kasus korupsi haji di KPK.
Moestaqiem kemudian manyarankan partai besutan Ketum Romahurmuzy (Rommy) bercermin dulu sebelum melontarkan pernyataan. Sebab, lanjutnya, senior PPP yang terlibat tindak pidana korupsi jauh lebih banyak ketimbang PAN.
"Tapi kalau mukanya buruk, ya.. jangan cerminnya dong yang dipecah. Ini (Awiek) kan tendensius banget. Serangannya kepada PAN sangat dipaksakan dan terbukti tidak kena. Ibarat pepatah ini 'menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri'," sindir Caleg PAN DPRD DKI itu.
Menurut Moestaqirm, daripada saling tuding, sebaiknya PPP dan semua Parpol melakukan introspeksi diri dan membuat sistem yang kuat dalam mencegah korupsi.
Di sisi lain, dia menduga, PPP sengaja melempar isu korupsi karena sudah kehabisan akal untuk menghapus memori publik soal stigma PPP sebagai partai pendukung penista agama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
"Sayangnya, ulah Awiek malah membuka luka umat Islam yang pada Pilkada DKI 2017 lalu sangat kecewa terhadap keputusan PPP yang mendukung Ahok.
Lebih-lebih pendukung fanatik Haji Lulung sebagai tokoh Betawi yang saat itu tegas menolak untuk mendukung Ahok, yang kemudian menyebabkan beliau dipecat," beber Moestaqiem.
Karenanya, Moestaqiem berpesan lain kali kader PPP agar hati-hati dalam mengeluarkan pernyataan.
"Kalau sudah begini kan yang dirugikan PPP sendiri. Saudaraku Baidowi, anda kayaknya mesti banyak belajar dan membaca lagi situasi politik di PPP. Termasuk saat ini bagaimana pandangan umat pada PPP," katanya.
Moestaqiem juga minta kedepan PPP tidak berulah dengan isu-isu murahan yang tidak substantif. Menurutnya, pada Pemilu 2019 masyarakat sebaiknya diedukasi dengan pendidikan politik yang cerdas dan menyehatkan.
"Teman-teman PPP kalau menanggapi terus hal yang tidak substansi, maka umat akan terus ingat dengan memorinya kalau PPP Rommy adalah pendukung Ahok terpidana penista Agama Islam," ucapnya lagi.
"Meskipun, saya kira tatus PPP pendukung penista Agama sulit dihapus dari memori publik. Dan saya khawatir, PPP akan ditinggal umat dan PPP tidak akan memperoleh kursi di DPRD DKI Jakarta dan DPR RI pada Pemilu 2019 mendatang," Moestaqiem menambahkan.
Untuk diketahui, kader PPP maupun PAN sama-sama menempatkan delapan kadernya yang terjerat kasus korupsi.
Dari PPP antara lain, inisial SDA (mantan Ketum PPP), SH (anggota DPRD Prov Riau) MRZ (anggota DPRD Prov Riau), BC (Menteri Sosial 2004-2009), SU (anggota DPR), ES (anggota DPR) I (Bupati Lombok Barat) dan M AN (anggota DPR).
Sedangkan dari PAN, yaitu, inisial MT (Wakil Ketua DPRD Kabupaten Seluma Periode 2009-2014), WO (anggota DPR), TAY (nggota DPRD Riau), AA (anggota DPRD Prov Riau), APS (Anggota DPRD Kota Semarang), AHD (anggota DPR), IY (anggota KY), NAR (anggota DPR).