RN - PT Pertamina (Persero) resmi menaikan harga gas. Sementara emak-emak mengancam akan pindah ke tabung gas melon 3 kg.
"Cari yang murah lah," terang Nur, warga Depok, Jawa Barat, Senin (26/12).
Emak-emak dua anak itu mengaku berat jika harus beli tabung gas 12 kg atau 5 kg yang harganya naik.
BERITA TERKAIT :Pertamina mengimbau kepada masyarakat mampu agar tidak beralih ke elpiji subsidi 3kg atau 'gas melon'. Meskipun, harga LPG nonsubsidi mengalami kenaikan.
"Kami mengimbau agar pengguna LPG nonsubsidi tidak beralih ke LPG subsidi," kata Pjs Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Sub Holding Pertamina Commercial & Trading, Irto Ginting, Minggu (26/12/2021).
Irto mengatakan pihaknya akan melakukan berbagai upaya untuk mencegah masyarakat mampu beralih ke LPG subsidi. Salah satunya memastikan stok LPG nonsubsidi selalu terpenuhi.
Selain itu, pihaknya juga akan terus melakukan edukasi ke masyarakat untuk memastikan penyaluran LPG tepat sasaran. "Ini akan dilakukan bersama-sama dengan seluruh stakeholder dan masyarakat," imbuhnya.
Sebelumnya Irto menjelaskan bahwa kenaikan LPG nonsubsidi untuk merespons tren peningkatan harga pada contract price (Aramco) CPA LPG yang terus naik pada 2021 ini.
"Besaran penyesuaian harga LPG nonsubsidi yang porsi konsumsi nasionalnya sebesar 7,5% berkisar antara Rp 1.600-Rp 2.600 per kg. Perbedaan ini untuk mendukung penyeragaman harga LPG ke depan serta menciptakan fairness harga antar daerah," terangnya.
Berdasarkan catatannya, pada November 2021 harga CPA LPG mencapai US$ 847 per metrik ton. Ini merupakan harga tertinggi sejak 2014 atau meningkat 57% sejak Januari 2021.
Irto menyebut penyesuaian harga LPG nonsubsidi terakhir dilakukan pada 2017. Harga CPA November 2021 tercatat 75% lebih tinggi dibandingkan penyesuaian harga empat tahun yang lalu.
"LPG subsidi 3kg yang secara konsumsi nasional mencapai 92,5% tidak mengalami penyesuaian harga, tetap mengacu kepada Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah," tandasnya.