Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Gaduh Dan Berakhir Sejuk, Saatnya Meniru Gaya Demokrasi NU

NS/RN | Sabtu, 25 Desember 2021
Gaduh Dan Berakhir Sejuk, Saatnya Meniru Gaya Demokrasi NU
Ilustrasi
-

RN - Pemilihan Ketua Umum PBNU telah rampung. Proses demokrasi di NU sepertinya layak ditiru. 

Sebab, usai perhelatan pemilihan di Muktamar ke-34, para calon kembali bergandengan tangan dan saling memuji satu sama lain. Bahkan, KH Said Aqil Siradj mengajak kepada seluruh pendukungnya agar mendukung KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) yang terpilih sebagai Ketua Umum PBNU periode 2021-2026.

Gus Yahya terpilih sebagai Ketua Umum PBNU lewat mekanisme voting yang digelar di Gedung Serba Guna Unila, Jumat (24/12/2021). Gus Yahya meraih 337 suara sementara Said Aqil meraih 210 suara.

BERITA TERKAIT :
Banjir Jakarta Gak Ada Obatnya, Butuh Gubernur Radikal Atau 1/2 Gila
Ladeni Tim Ginseng, Skuad Garuda Muda Hapus Rekor Jelek

Usai acara voting, Said Aqil dan Gus Yahya memberikan testimoni mengenai acara Muktamar ke-34 NU yang ditutup dengan pemilihan Ketua Umum PBNU. 

Dalam testimoninya, Said Aqil mengatakan Gus Yahya adalah cicit dari guru ayahnya. Karena itu ia sangat bangga atas terpilihnya Gus Yahya sebagai Ketua Umum PBNU. 

Said Aqil juga mengaku bersyukur dan gembira acara Muktamar ke-34 NU berjalan lancar. Walau suasana sempat agak panas, namun kata dia, Muktamar berakhir dengan aman, damai. 

Said Aqil mengajak semua peserta Muktamar untuk bergandengan tangan bersama-sama membesarkan dan membangun NU. 

"Mudah-mudahan Alla berkati kita semua. Pilihan ini sangat tepat, tidak salah," ujar Said Aqil.

Sementara itu Gus Yahya mengucapkan terima kasih kepada Said Aqil merupakan sebagai gurunya. 

"Terima kasih kepada guru saya yang mendidik saya, menggembleng saya, menguji saya, tapi juga membukakan jalan untuk saya dan membesarkan saya, Prof Dr KH said Aqil," kata Gus Yahya.

"Saya tidak tau apakah akan cukup umur saya untuk membalas jasa-jasa beliau. Kalo ini disebut keberhasilan, kalo ada yang patut dipuji untuk semua ini, pujian ini milik beliau," tuturnya.

Berdirinya Nahdlatul Ulama (NU) tidak bisa dilepaskan dengan upaya mempertahankan ajaran ahlus sunnah wal jamaah (aswaja). Ajaran ini bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ (keputusan-keputusan para ulama sebelumnya), dan Qiyas (kasus-kasus yang ada dalam cerita Al-Qur’an dan Hadits). 

NU didirikan di Surabaya, Jawa Timur pada 31 Januari 1926 M bertepatan dengan 16 Rajab 1344 Hijriah oleh sekelompok ulama yang merupakan kepentingan Islam tradisional, terutama sistem kehidupan pesantren. 

“Lahirnya Jami’iyyah NU didahului dengan beberapa peristiwa penting. Pertama adalah berdirinya grup diskusi di Surabaya pada tahun 1914 dengan nama Taswirul Afkar yang dipimpin KH Wahab Hasbullah dan KH Mas Mansyur,” kata Bibit Suprapto dalam buku ‘Nahdlatul Ulama: Eksistensi Peran dan Prospeknya’.

Menurut Masykur Hasyim dalam tulisan ‘Merakit Negeri Berserakan’, NU lahir sebagai reprensentatif dari ulama tradisionalis, dengan haluan ideologi ahlus sunnah waljamaah. 

Tokoh-tokoh yang ikut berperan di antaranya KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Hasbullah, dan para ulama pada masa itu. Sejarah berdirinya NU berkaitan erat dengan perkembangan pemikiran keagamaan dan politik dunia Islam kala itu. 

Organisasi Terbuka

NU juga mulai berkembang dan terbuka. KH. Said Aqil Siradj secara terbuka membeberkan saldo akhir keuangan semenjak dirinya menjabat hingga tahun ini masih tersisa Rp8,2 miliar.

Menurut Said, sebagai bentuk transparansi bidang keuangan, PBNU juga selalu melibatkan lembaga auditor independen untuk melakukan audit seluruh laporan keuangan PBNU. "Semua laporan keuangan PBNU, setiap tahun kita audit dari lembaga auditor independen," tuturnya di Lampung, Kamis (23/12).

Dia juga menjelaskan salah satu pencapaian PBNU yaitu NU Care-LazisNU mendapatkan predikat opini wajar tanpa pengecualian (WTP). Berdasarkan hasil audit keuangan dari Kantor Akuntan Publik (KAP) di program Kemaslahatan NU Care-LazisNU serta Badan Pengelolaan Keuangan Haji (BPKH) tahun 2020. 

Seperti diketahui, Lembaga Pendidikan yang saat ini dimiliki NU untuk tingkat dasar menengah pada tahun 2020 adalah 21.045 satuan pendidikan. 

Jumlah total Madrasah 7.832 terdiri dari Madrasah Aliyah 1.985, Madrasah Tsanawiyah 4.856 dan Madrasah Ibtidaiyah 3.672. Sedangkan kategori sekolah umum berjumlah 13.213, terdiri dari SMK/SMA 1.670, SMP 1.411 dan SD 4.751. 

Lembaga Pendidikan Tinggi tahun 2021 sebanyak 274 PTNU yang di antaranya 84 PTNU di bawah binaan Kemendikbud termasuk 15 Akademi Komunitas berbasis pesantren, dan 190 PTNU di bawah binaan Kemenag. 

NU juga memiliki 35 rumah sakit dan 7 klinik di bawah naungan Asosiasi Rumah Sakit Islam Nahdlatul Ulama (ARSINU). Rumah sakit ini ada yang dikelola langsung oleh PBNU, PWNU, PCNU, Muslimat NU, serta Perguruan Tinggi NU.