Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

1,334 Longsor & Banjir, Jateng-Jatim Jadi Wilayah Terbanyak Bencana 

NS/RN/NET | Jumat, 28 Mei 2021
1,334 Longsor & Banjir, Jateng-Jatim Jadi Wilayah Terbanyak Bencana 
Ilustrasi banjir di Semarang, Jateng.
-

RN - Pulau Jawa menduduki posisi pertama dalam hal bencana. Bencana itu banyak terjadi Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim).

Bencana didominasi dengan hidrometeorologi seperti banjir bandang dan tanah longsor. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sejak 1 Januari hingga 27 Mei 2021 telah terjadi total sebanyak 1.334 kejadian bencana.

Deputi Bidang Sistem dan Strategi sekaligus Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi BNPB, Raditya Jati mengatakan dari total kejadian bencana itu, 98% di antaranya merupakan kejadian bencana hidrometeorologi.

BERITA TERKAIT :
Banjir Jakarta Disengaja? BPPD DKI: Sejak Zaman Belanda Juga Banjir
Banjir Jakarta, 47 Warga Ngungsi 4 RT Terendam Puluhan Jalan Tergenang

“98% catatan kami adalah kejadian bencana hidrometeorologi. Artinya, ini bencana banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan seterusnya,” ungkap Raditya secara virtual, Jumat (28/5/2021).

BANPB mencatat sebanyak 573 kejadian banjir, 354 kejadian puting beliung, dan 269 tanah longsor 254. Kejadian bencana lain juga tercatat yaitu gelombang pasang 17 kejadian.

Sementara itu, provinsi yang tercatat paling banyak kejadian bencana terjadi Pulau Jawa yakni di Jawa Barat dengan 360 kejadian, di Jawa Timur dengan 169 kejadian, dan di Jawa Tengah sebanyak 164 kejadian bencana.

Raditya mengatakan kejadian gempa bumi di Indonesia tidak sebanyak kejadian bencana lainnya. Dimana kejadian gempa bumi yang tercatat merusak ada 19 kejadian.

“Memang kelihatannya, gempa bumi tidak banyak frekuensinya. Tapi sekali terjadi kejadian bencana akibat gempa bumi itu bisa menimbulkan kejadian yang dahsyat daripada kejadian hidrometeorologi,” paparnya.

Selain itu, Raditya mengatakan bahwa BNPB telah melengkapi sistem InaRisk yang bisa digunakan oleh masyarakat agar mengetahui risiko bencana di wilayahnya masing-masing. Selain itu juga bisa melakukan mitigasi sebelum terjadi bencana.

“Nah, perangkat apa yang sudah kami develop sejak tahun 2016 adalah InaRisk, dan ini bisa didownload dan eksplore. Disitu kita bisa mengetahui melalui portal juga melaui InaRisk personal. Kita juga bisa tahu posisi kita dimana, potensi risikonya apa, dan kita bisa melakukan sebelum dan sesudah kejadian bencana,” tuturnya.