Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Harga Ayam Naik Jelang Lebaran, Pedagang: Asal Wajar Saja Lah

NS/RN/NET | Rabu, 28 April 2021
Harga Ayam Naik Jelang Lebaran, Pedagang: Asal Wajar Saja Lah
Ilustrasi
-

RN - Harga ayam mengalami kenaikan yang cukup tinggi selama bulan Ramadhan. Di beberapa pasar Jakarta kenaikan harga ayam bisa mencapai Rp 5-10 ribu per ekor.

Harga ayam di DKI Jakarta berdasarkan Info Pangan Jakarta tembus Rp 40.558/ekor. "Naik nih mau lebaran," tegas pedagang ayam di Pasar Slipi, Jakbar, Rabu (28/4) pagi.

Bu Tiah, pedagang ayam di Pasar Taman Kota, Jakbar menyatakan, kenaikan harga ayam memang sudah biasa terjadi menjelang Lebaran. Dan kenaikan akan terasa menjelang hari H - 1. 

BERITA TERKAIT :
Jakarta Macet Lagi, Warga: Kite Setres Lagi Aja 
Kebanyakan Makan Ketupat Opor & Rendang, Warga DKI Diserang Kolestrol Hingga Hipertensi

"Asal kenaikan wajar saja, ayam masih diminati masyarakat untuk Lebaran," tegas nenek yang biasa disapa Bu Haji ini.

Berdasarkan catatan Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), harga daging ayam di pasar sudah mencapai Rp 40.000-41.000/Kg. Bahkan, di wilayah DKI Jakarta, harga ayam mencapai Rp 45.000/ekor dengan berat rata-rata 0,95-1,05 Kg.

"Ayam ini salah satu komoditas yang sejak awal Ramadhan sampai detik ini belum pernah mengalami penurunan harga. Ini juga terjadi secara nasional," kata Ketua Umum (Ikappi) Abdullah Mansuri, Selasa (27/4/2021).

Lalu, berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga daging ayam ras segar secara nasional ialah Rp 35.950/Kg. Namun, di beberapa provinsi, misalnya Nusa Tenggara Timur (NTT), harganya tembus Rp 48.500/Kg, di Bali Rp 44.500/Kg, dan di Nusa Tenggara Barat (NTB) Rp 43.900/Kg.

Abdullah mengaku tak mengetahui apa penyebab harga ayam naik. Pasalnya, menurut Ikappi pasokan selalu aman, artinya masih dapat mengimbangi permintaan.

"Pasokan relatif aman, tidak pernah ada kekurangan komoditas. Dan ayam yang dipotong di pasar itu relatif sudah besar-besar. Artinya tidak dipercepat panennya. Kalau komoditas itu nggak banyak, biasanya yang di pasar itu ukurannya masih kecil-kecil tapi sudah dipotong. Kalau di pasar ayamnya besar-besar, berarti produksinya aman," papar Abdullah.

Sementara itu, menurut Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jawa Tengah Pardjuni, kenaikan harga ayam hanya terjadi di tingkat pedagang. Pasalnya, peternak masih menjual ayam hidup atau livebird di kisaran Rp 19.000-21.000.

"Untuk masalah harga memang yang sudah karkas (daging) biasanya pedagang-pedagang di pasar memang menaikkan harga dari harga sebelumnya. Jadi kalau harga Rp 20.000/Kg ayam hidup dari peternak, sebenarnya di pasar seharusnya di pasar Rp 32.000-34.000/Kg. Karena rumus pengalihannya harga di kandang dikalikan 1,6-1,7 dari harga di kandang. Jadi kalau harga Rp 40.000 memang mengambil untung kebanyakan," jelas Pardjuni.

Ia mengatakan, saat ini memang harga pokok produksi (HPP) ayam tinggi karena pasokan pakan menipis, dan harga pakan itu sendiri baik jagung maupun SBM sudah naik sejak awal 2021. Namun, para peternak masih menjual livebird tak jauh dari HPP.

"HPP di Jawa Tengah (Jateng) itu sudah Rp 19.500-20.000/Kg livebird. Kalau Jabar lebih tinggi Rp 1.000-1.500/Kg ayam hidup. Tapi sebenarnya angka yang kita jual itu ya sama seperti HPP," ungkap Pardjuni.

Ia mengatakan, peternak sudah bergulat dengan HPP yang tinggi, sementara harga jual tak jauh berbeda, bahkan sama. Tak hanya disebabkan oleh harga pakan yang tinggi, harga bibit atau day old chick (DOC) juga terus mengalami kenaikan, dan kini mencapai Rp 7.000/ekor.

"Ini beban berat buat peternak. Kalau ini dibiarkan terus, walaupun harga tinggi, peternak tidak untung," tutup dia.