RADAR NONSTOP - Medsos (Media Sosial) menjadi alat yang sangat efektif bagi kelompok teroris melakukan cuci otak dan menyebarkan paham-paham tertentu.
Demikian dikatakan Menkopolhukam Wiranto dalam pertemuan Sub Regional Penanggulangan Terorisme yang dihadiri Menteri Dalam Negeri Australia, Peter Dutton di Jakarta, Selasa 6 November 2018.
"Ternyata teroris menggunakan media sosial untuk brainwash, memengaruhi, memberi pelajaran merakit bom. Itu semua lewat media sosial," kata Wiranto.
BERITA TERKAIT :Ancaman terorisme itu juga disebabkan oleh kekalahan kelompok ekstremis ISIS di Irak dan Suriah. Kekalahan dan hilangnya wilayah jajahan ISIS, berakibat pada kembalinya Foreign Terorist Fighters (FTF) ke negara asal mereka.
Wiranto mengatakan, Indonesia dan sejumlah negara di kawasan Asia-Pasifik berupaya untuk memberantas tindak pidana terorisme dengan penguatan kerja sama yang sudah ada.
Sejumlah negara tersebut juga berupaya merancang program baru yang perlu dilakukan, sehubungan dengan peningkatan ancaman baru dengan berbagai taktik.
"Upaya yang kita buat adalah bagaimana pemerintah kita bekerja sama dengan organisasi masyarakat terorisme, untuk menanggulangi terorisme itu,"' ungkap Wiranto.
Menurutnya tindakan melawan terorisme itu tak hanya bisa dilakukan oleh pemerintah saja, namun juga memerlukan kerja sama dengan pihak swasta yang berkecimpung dengan masalah teknologi dan komunikasi.
"Misalnya, tadi Twitter menawarkan diri. Mereka minta supaya kita bisa sharing apa, yang bisa kita kerja samakan dengan pemerintah dalam rangka memblok situs-situs yang nyata dan hanya mengacaukan seperti hate speech, hoax, dan itu sudah teridentifikasi," pungkasnya.