RADAR NONSTOP - Pidato Prabowo soal ‘tampang Boyolali’ diplintir buzzer. Enam hingga 7 bulan ke depan, Pilpres dipenuhi aksi saling lapor melapor.
Begitu dikatakan oleh Sekjen PAN, Eddy Soeparno menilai pidato Prabowo soal 'tampang Boyolali' justru ingin memberikan penekanan masyarakat kecil sering mendapat diskriminasi dan marginalisasi.
"Saya prihatin, segala sesuatu yang diucapkan itu dipolitisir. Coba kita berhuznudzon, berprasangka baik atas setiap kata dan tutur yang diucapkan. Jangan langsung kita menganggap itu penghinaan atau merendahkan," kata Eddy di GOR Sumantri, Jakarta, Minggu, (4/11/2018).
BERITA TERKAIT :Menurutnya, Prabowo tidak ada maksud mengejek dan merendahkan ataupun memberikan kata-kata yang justru mengkerdilkan masyarakat daerah tertentu. Apalagi istilah ndeso dianggap sudah biasa.
"Kita menjaga tahun politik ini jadi teduh dng selalu berpikir positif, dengan berpikir yang dilakukan pemimpin kita, calon pemimpin kita di 2019 itu hal terbaik bukan hal yang justru memecah belah bangsa ini," kata Eddy.
Ia pun kasihan pada kepolisian yang akan kelabakan menerima laporan masyarakat yang begitu banyak. Sebab pihaknya ingin menyampaikan sesuatu ke masyarakat kepada publik, tapi malah rawan diplintir.
"Di mana netralitas dan objektivitas kita dalam menyampaikan suatu hal. Saya pikir masyarakat juga paham dan cerdas apakah ini sesuatu yang negatif atau merendahkan atau justru sesuatu yang dianggap sebagai hal wajar dan layak disampaikan. Jangan sampai kita justru dalam 5 sampai 6 bulan ke depan di tahun politik itu selalu berkejaran dengan masalah hukum," kata Eddy.
Menurutnya, diskusi di media sosial juga harus disaring. Ia meminta agar buzzer jangan memelintir berita. Sebab kasihan tokoh ingin menyampaikan sesuatu yang baik ke masyarakat.
"Tapi justru penyampaian dipelintir dan dijungkirbalikkan sehingga kesannya negatif," pungkasnya.