Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co
OPINI

Kali Angke Biang Kerok Banjir Di Kedoya Utara Dan Kembangan Utara

NS/RN | Senin, 22 Februari 2021
Kali Angke Biang Kerok Banjir Di Kedoya Utara Dan Kembangan Utara
Kali Angke kawasan Kembangan Utara, Jakbar.
-

RN - Air bah selalu datang. Setiap hujan deras, dua kawasan di Kembangan Utara, Kembangan dan Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat selalu dilanda banjir. 

Bagi warga di sana, banjir sudah menjadi langganan. Sejak era Sutiyoso, Fauzi Bowo, Jokowi, Ahok hingga Anies Baswedan, kawasan padat penduduk itu selalu terendam. 

Kali Angke memang masuk dalam normalisasi kali yang akan dilebarkan. Tapi, hingga kini, belum ada tanda-tanda kalau bantaran kali yang saat ini sudah dihuni warga itu akan digusur. 

BERITA TERKAIT :
Banjir Jakarta Gak Ada Obatnya, Butuh Gubernur Radikal Atau 1/2 Gila
Banjir Jakarta Disengaja? BPPD DKI: Sejak Zaman Belanda Juga Banjir

20 Februari 2021, banjir kembali menggenangi Kembangan Utara dan Kedoya Utara. Seperti biasa, Kali Angke kembali meluap.

Dari 11 ada 6 RW di Kembangan Utara yang terendam banjir. Ribuan warga terpaksa mengungsi karena rumahnya menjadi kobakan air. 

Begitu juga di Kedoya Utara. Kawasan RT 01, 02, 03 dan 04 di RW 08 ketinggian air mencapai sepinggang dewasa. Daerah padat penduduk ini berdempetan dengan perumahan elit Green Garden.

Dari hasil penelusuran dan dikutip berbagai sumber, nama Kali Angke diberikan setelah terjadinya peristiwa pembantaian etnis Tionghoa selama tiga hari oleh VOC di Batavia pada tanggal 9 Oktober 1740. 

Angke sendiri sebenarnya berasal dari dialek Hokkian, yang berarti Kali Merah. Dikatakan akibat peristiwa tersebut warna sungai berubah menjadi merah oleh darah etnis Tionghoa. Sejak itu namanya berubah menjadi Kali Angke.

Pendapat yang lain beranggapan bahwa nama Angke berasal dari perkataan Hokkian ang kee dengan arti yang lain, yaitu 'sungai yang kerap banjir'. 

Di samping itu, diketahui pula adanya tokoh bernama Ratu Bagus Angke yang tinggal di dekat sungai kira-kira pada akhir abad-16, atau sekitar 150 tahun (sebelum kejadian pembantaian besar-besaran).

Pada tahun 1980, aliran air Kali Angke masih bening. Kali masih dimanfaatkan warga untuk mencuci dan mandi. Tapi, setelah tahun 1990-an, kali sudah kotor dan airnya hitam. 

Deretan rumah bejejer di pinggir kali. "Dulu gak ada rumah-rumah pinggir kali. Sekitar 10-20 tahun lalu, ada yang jual tanah tapi gak pakai surat ibratnya garapan lah. Dan warga sudah paham kalau tanah pinggir kali itu bakal kena gusur kalau Kali Angke dilebarkan," ungkap salah satu tokoh di Kedoya Utara.