Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co
Musim Hujan Hingga Maret 2021

Fenomena La Nina Ancaman Banjir Jabodetabek 

NS/RN/NET | Selasa, 13 Oktober 2020
Fenomena La Nina Ancaman Banjir Jabodetabek 
Ilustrasi banjir di Jabodetabek.
-

RADAR NONSTOP - Musim hujan bakal tiba. Untuk itulah warga yang tinggal di kawasan banjir sebaiknya waspada. 

Apalagi, saat ini ada fenomena La Nina. Fenomena alam ini mempunyai efek terhadap anomali cuaca di Indonesia.

Salah satu efeknya yakni terjadi hujan dengan intensitas ringan dan sedang yang akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan. Bahkan akan berdampak pada bencana hidrometeorologi salah satunya banjir bandang.

BERITA TERKAIT :
Banjir Bandang Sumbar Sudah 50 Orang Tewas, Warga: Rumah Hancur Mirip Kiamat 
Panglima Perang Corona Wafat, Selamat Jalan Pak Doni Monardo  

Di Jakarta, pada Sabtu (10/10), hujan deras yang mengguyur ibu kota menyebabkan beberapa kawasan banjir. Ciganjur, Jagakarsa, Jaksel misalnya, banjir dan tanah longsor menyebabkan seorang ibu hamil meninggal.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo mengatakan, efek dari La Nina diprediksi bisa hingga Maret 2021.

"Ini juga sudah disampaikan BMKG, dalam periode 3 bulan ke depan bahkan sampai Maret yang akan datang kita menghadapi curah hujan yang tinggi karena efek La Nina," tegas Doni dalam Update Komite PC PEN - Vaksin Covid-19, Protokol Kesehatan, dan Antisipasi Bencana Banjir Musim Hujan di Media Center Satgas Penanganan Covid-19, Graha BNPB, Jakarta, Senin (12/10/2020).

Doni mengatakan, seperti halnya Jakarta pada 1 Januari 2020 terjadi hujan lebat di bagian hulu terutama di kawasan Bogor dan sekitarnya, Gede Pangrango dan Halimun Salak.

“Korban jiwa yang timbul akibat banjir tersebut juga cukup banyak, puluhan orang wafat dan itu termasuk angka yang tertinggi untuk wilayah Jakarta,” ujarnya.

Doni melanjutkan telah mengeluarkan sejumlah surat edaran kepada para gubernur, bupati, wali kota untuk mewaspadai beberapa hal. Pertama adalah mengikuti perkembangan yang disampaikan BMKG.

“Kedua melakukan langkah-langkah persiapan apel kesiapsiagaan, mengecek perahu, mengecek tenda, tempat pengungsian, kemudian obat-obatan bagi masyarakat yang mungkin akan berdampak. Kemudian juga makanan siap saji, kemudian juga untuk ibu-ibu hamil, anak-anak kecil, balita selimut dan semuanya, sudah kita ingatkan untuk disiapkan lebih awal lagi,” ujar Doni.

Selain itu, ia meminta sejumlah daerah yang masih memasuki musim hujan untuk melakukan susur sungai. Namun, dengan memilih orang-orang yang professional dan terlatih.

“Jangan menugaskan orang-orang yang belum punya pengalaman karena dampaknya sangat berbahaya. Tiba-tiba ada hujan lantas terjadi banjir bandang bisa akibatkan korban jiwa,” tuturnya.

Titik Banjir

Jika mengacu pada insiden banjir awal tahun 2020, jumlah titik banjir di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) yang berhasil didata oleh BNPB ada sekitar 169 titik.

Jawa Barat menjadi titik yang banyak terdampak banjir yakni 97 titik. Sedangkan, untuk di wilayah Banten sendiri sebanyak sembilan titik banjir.

Dari jumlah tersebut, Bekasi ada sekitar 53 titik banjir. Lalu, ada 63 titik banjir berada di DKI Jakarta. Jakarta Selatan menjadi kawasan yang paling banyak terdampak banjir hingga mencapai 39 titik.

Jika dirinci Kota Bekasi (53), Jakarta Selatan (39), Kabupaten Bekasi (32) dan Jakarta Timur (13).

Doni juga meminta kepada seluruh pimpinan sampai dengan tingkat RT/RW untuk mau bekerja gotong-royong membersihkan semua saluran drainase, selokan, kemudian sungai-sungai kecil tersumbat.

“Nah ini semuanya dibutuhkan kerjasama dalam kondisi pandemi ini kita juga dituntut untuk bisa memperhatikan alam sekitar kita. Jangan sampai nantinya terjadinya hujan kemudian banjir lantas ada apa namanya kerugian jiwa yang tidak diharapkan," tambah mantan Danjen Kopassus ini.