RADAR NONSTOP - Tokoh Muhammadiyah Syafii Maarif gelisah. Dia prihatin lantaran banyak dokter dan tenaga medis yang meninggal karena Corona.
Pria yang akrab disapa Buya Syafii ini menulis pesan untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Yml. Presiden Republik Indonesia sebagai salah seorang yang tertua di negeri ini, batin saya menjerit dan goncang membaca berita kematian para dokter yang sudah berada pada angka 115 pagi ini plus tenaga medis yang juga wafat dalam jumlah besar pula," kata Buya Syafii dalam keterangan tertulisnya, Minggu (13/9/2020).
BERITA TERKAIT :Buya juga meminta Jokowi memerintahkan Menteri Kesehatan dan jajarannya untuk turun tangan. Mengingat dokter dan paramedis merupakan garda terdepan penanganan virus Corona atau COVID-19 ini.
"Pak Presiden, mohon diperintahkan kepada Menteri Kesehatan dan jajarannya untuk berupaya semaksimal mungkin menolong nyawa para dokter ini," tuturnya.
"Jika begini terus, bangsa ini bisa oleng karena kematian para dokter saban hari dalam tugas kemanusiaannya di garis paling depan. Terima kasih Pak Presiden," ujar Buya Syafii.
Dokter Wafat
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) kembali merilis data terbaru terkait jumlah kematian dokter di tengah pandemi Covid-19. Berdasarkan data yang dimutakhirkan pada hari Sabtu (12/9), total sebanyak 115 dokter yang meninggal dunia karena Covid-19.
"Dari jumlah tersebut terbagi dari 7 orang guru besar, 57 orang dokter umum, dan 51 orang dokter spesialis," kata Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaidi dalam keterangan persnya, Minggu (13/9/2020).
Adib menyampaikan, dari total 115 dokter yang meninggal dunia tersebut tersebar di 17 Provinsi di Indonesia. Dimana, paling banyak di Provinsi Jawa Timur dengan jumlah dokter yang meninggal sebanyak 29 dokter.
Kemudian disusul Sumatera Utara 21 dokter; DKI Jakarta 15 dokter; Jawa Barat 11 dokter; Jawa Tengah 8 dokter; Sulawesi Selatan 6 dokter; Bali, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Selatan 4 dokter; Kalimantan Timur 3 dokter; Aceh, Kepulauan Riau, DIY 2 dokter; Banten, NTB, Papua Barat, dan Riau 1 dokter.
Adib mengungkapkan, tingginya angka kematian tenaga kesehatan merupakan gambaran bahwa ada masalah yang terjadi pada infrastruktur kesehatan. Salah satunya, ketersediaan alat pelindung diri (APD).
"Infrastruktur tersebut meliputi ketersediaan alat pelindung diri, ketersediaan obat, dan sumber daya manusia di rumah sakit," pungkasnya.