Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co
Kader Kerap Kritik Pemerintah

Akal Bulus Partai Gerindra Ingin Memelihara Suara Islam?

RN/CR | Rabu, 24 Juni 2020
Akal Bulus Partai Gerindra Ingin Memelihara Suara Islam?
-Net
-

RADAR NONSTOP - Meski sudah gabung dengan koalisi Jokowi. Beberapa kader Partai Gerindra masih terlihat gahar mengkritik pemerintah, misalnya Fadli Zon.

Padahal, sang ketua umum yang juga Capres 2019, Prabowo Subianto sudah menjadi salah satu ‘pembantu’ di Kabinet Indonesia Maju. Ada apa dibalik itu, adakah udang di balik batu?

Dilansir laman alinea, Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menyebut Prabowo saat ini dalam posisi dilematis.

BERITA TERKAIT :
Titiek Kasih Tumpeng Ke Prabowo, Netizen: Jangan Pisah Lagi Demi Indonesia
Sowan Ke SBY, Prabowo Gak Bicara Kursi Menteri Di Cikeas? 

Soalnya, Prabowo tidak bisa berkomunikasi langsung dengan PA 212 untuk mengembalikan hubungan mereka sepert sedia kala.

"Ketika dia berkomunikasi dengan kelompok PA 212, kelompok yang berseberangan dengan pemerintah, masyarakat juga menilai itu bukan sikap konsisten. Jadi, Prabowo hari ini sedang mengalami posisi yang sangat dilematis," kata Karyono.

Karyono menilai Prabowo tetap berupaya mempertahankan citra Gerindra sebagai oposisi dengan menempatkan Fadli Zon dan kader lainnya sebagai tukang kritik kebijakan pemerintah.

“Ada kecenderungan main dua kaki. Ini dalam rangka memelihara basis pemilih Islam, basis pemilih sebelumnya," imbuhnya.

Namun demikian, Karyono mengatakan, strategi itu berisiko. Jika tidak hati-hati, publik malah makin antipati terhadap Gerindra.

“Kan belum tentu efektif. Karena sudah mulai ada kesadaran politik dari masyarakat. Mereka punya catatan-catatan," jelas Karyono. 

Terpisah, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno mengatakan, elektabilitas Prabowo turun drastis jika dibandingkan dengan survei-survei yang digelar pada era Pilpres 2019.

"Prabowo ini kan sudah kelamaan jadi calon. Dua kali capres. Pernah menjadi calon wakilnya Mbak Mega (Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri) juga. Jadi, ini jadi catatan penting bagi Prabowo di 2024," kata Adi kepada wartawan, Jumat (19/6/2020).

Dalam survei PPI, Prabowo memiliki elektabilitas tertinggi dengan raupan 17,3%. Posisi kedua ditempati politikus Partai Gerindra Sandiaga Uno dengan 9,1% dan posisi ketiga bertengger nama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan raihan 8,8% suara responden.

Kandidat terkuat lainnya, semisal Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (7,8%), Agus Harimurti Yudhoyono (5,4%), Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama (5,2%), Ridwan Kamil (4,7%), Ustaz Abdul Somad (4,5%) dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (2,6%).

"Nama-nama ini memang agak jauh elektabilitasnya dengan Prabowo, tapi mereka naik suaranya secara perlahan. Pemilih kita ini kan punya kecenderungan butuh suasana baru. Kandidat-kandidat baru yang lebih fresh, segar, dan dianggap memiliki prospek untuk perang," tutur Adi.

Pukulan lainnya bagi Prabowo ialah tergerusnya suara dukungan dari kelompok pemilih Islam yang berafiliasi dengan PA 212 dan PKS. "Bulan madu mereka sudah berakhir. Apalagi, di DKI Jakarta posisi wagub yang mestinya diberikan kepada PKS, kandas juga," terang Adi. 

Menurut Adi, satu-satunya kelompok massa yang masih tetap loyal terhadap Prabowo adalah konstituen Gerindra. 

Sekalipun haluan politik partai itu berbalik 180 derajat, nama Prabowo diyakini tetap berpengaruh di kalangan konstituen.

"Secara alamiah, (langkah bergabung dengan koalisi) sebenarnya membuat banyak kader (Gerindra) syok juga. Tapi, di partai itu kan terbangun oligarki. Apa yang sudah diputuskan oleh ketua umum, ya, semuanya harus ikut," tandas Adi.