Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co
OPINI

Ariza, Obat Penenang Atau Pelengkap Anies

Redaksi/RN | Jumat, 17 April 2020
Ariza, Obat Penenang Atau Pelengkap Anies
Ariza usai dilantik bertemu Anies di Balaikota. Foto: Instagram Anies Baswedan.
-

RADAR NONSTOP - Ahmad Riza Patria diharapkan bisa membuat percikan api disaat warga DKI Jakarta sedang dilanda galau. Sebagai mantan aktivis, Ariza sapaan akrabnya diharapkan mampu mendobrak. 

Disaat pandemi Corona tentunya gerak Ariza harus mampu menandingi Anies Baswedan dan bukan hanya sekedar pelengkap kekosongan kursi. Kemampuan Ariza dalam hal lobi dibutuhkan sebagai obat penenang sekitar 10 juta warga ibukota. 

Ariza sebaiknya mengambil sikap jelas. Geraknya harus mampu menjadi penenang warga yang galau. Segeralah melakukan meping dan pemetaan kebijakan. 

BERITA TERKAIT :
Ariza Jangan Mau Jadi Ban Serep Zaki, PKJ: Manuver Golkar DKI Cuma Bikin Geli Doang 
Caleg DPR, Eks Wagub DKI Bisa Tumbang Dilibas Ponakan Prabowo 

Jika Ariza sebagai pelengkap pastinya publik akan melihat dia hanya sebagai pengisi kursi. Tapi jika sebaliknya, Ariza akan dikenang publik sebagai figur pembuat terobosan. 

Mengambil sikap berlawanan bukan berarti Ariza tak pro dengan Anies. Tapi, sikap itu kadang dibutuhkan agar birokrasi tidak macet dan tersumbat. 

Sejak ditinggal Sandiaga Uno, Anies pasti sudah menyusun alur kebijakan dan birokrasi. Ariza dengan segudang pengalamannya harus mampu memecut atau menjewer roda birokrasi yang macet. 

Bahkan Ariza tak perlu sungkan menegur Anies jika kebijakan itu tidak pro rakyat. Dalam memutus kusutnya birokrasi terkadang dibutuhkan sikap berani seperti Jusuf Kalla (JK), Ali Sadikin dan Sutiyoso. 

Ketiga tokoh itu berani melawan arus walaupun ditentang dan dimusuhi bosnya. Ali Sadikin misalnya berani melawan Soeharto ketika membangun ibukota. 

Sutiyoso habis didemo ketika membuat busway dan menutup Monas. Begitu juga dengan JK yang tak sungkan membantah kebijakan SBY ketika menjadi Wapres. 

Sekarang pilihan ada pada Ariza. Dia mau dikenang sebagai obat penenang atau hanya sebatas pengisi kursi.

Tentu Ariza masih ingat kata bijak Prabowo Subianto: Oknum-oknum ini mungkin mengira politik adalah menang-menangan saja.

Bung Karno pun berkata: Perjuangan-perjuangan membawa kesulitan-kesulitan. Perjuangan besar tidak hanya menuntut pengalaman tetapi juga menuntut keberanian.

Tak Ada Waktu Belajar 

Inilah saatnya Ariza bergerak. Jangan lagi terlalu lama belajar apa itu isi jeroan Pemprov DKI Jakarta. Benang kusut yang ada harus segera dibenahi. 

Ribuan karyawan yang terkena PHK akibat dampak Corona harus segera dicarikan solusinya? 

Membludaknya pasien Corona wajib dicarikan terobosan? 

Ariza juga harus berani memunculkan ide brilian. Ambruknya tatanan ekonomi Jakarta bukan lagi melihat data tapi harus dibarengi dengan aksi. 

Sebagai mantan anggota DPR dua periode dan punya pengalaman berbisnis tentunya Ariza punya visi misi jelas untuk menggaet investor dan kembali mengangkat UMKM yang rontok akibat Corona. 

Segeralah bentuk tim, kumpulkan jaringan dan himpun kekuatan untuk kembali menghidupkan harapan warga ibukota. Jangan lagi ada rasa tidak enak atau sungkan karena warga butuh tindakan nyata dalam bidang ekonomi. 

Urusan belajar bisa sambil jalan atau ngobrol dengan DPRD DKI Jakarta yang lebih paham soal jeroan. 

"Saat engkau berani mengambil sebuah keputusan, maka saat itu pulalah engkau telah menjadikan dirimu pemimpin, setidak-tidaknya bagi dirimu sendiri." Ali Sadikin. 

 

#Opini   #Ariza   #WagubDKI