Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Jabar Rawan Stunting, Balita Pendek Masih Marak

RN/NS | Senin, 23 September 2024
Jabar Rawan Stunting, Balita Pendek Masih Marak
Ilustrasi
-

RN - Jumlah stunting di Jawa Barat (Jabar) belum bisa diatasi. Banyak balita di Jabar saat ini masih kurang gizi. 

Alhasil, balita di Jabar banyak yang pendek-pendek. Balita stunting yang ditemukan di Jabar berdasarkan data pengukuran di bulan Februari tahun 2022 adalah 218.286 balita dari 3.095.299.

Diketahui, survei Kesehatan Indonesia 2023 yang mengungkap penurunan prevalensi stunting (anak pendek) telah diumumkan secara resmi pada 25 April 2024. 

BERITA TERKAIT :
Warisan Mulyono Bikin Pusing, Dampaknya Makan Bergizi Gratis Dipotong Jadi Rp 10 Ribu Per Porsi
Gibran Curhat, Dari Makan Bergizi Gratis Hingga Ekonomi 8 Persen

Hasilnya tidak menggembirakan karena stunting hanya turun 0,1 persen, dari 21,6% (2022) menjadi 21,5 persen (2023). Kini pemerintah sedang ancang-ancang untuk merevisi target stunting 2024 yang semula direncanakan 14 persen. 

Angka stunting yang mungkin lebih realistis yang bisa dicapai tahun ini adalah 18 – 19 persen. Perlu dilakukan analisis mendalam tentang penyebab rendahnya penurunan stunting. Setiap tahun pemerintah menganggarkan dana puluhan triliun rupiah (tahun 2022 sekitar Rp 45 triliun) untuk membiayai program-program stunting. 

Oleh sebab itu wajar bila anggaran yang sangat besar ini harus diarahkan untuk lebih fokus mencegah dan menangani anak-anak stunting.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Herman Suryatman, strategi agar tidak ada stunting baru yaitu fokus pada penanganan sebelum kelahiran dan setelah kelahiran.

"Komitmem Pemprov Jabar adalah tidak boleh ada stunting baru atau zero new stunting. Strateginya ada dua, sebelum kelahiran dan setelah kelahiran," ujar Herman.

Herman mengatakan, sebelum kelahiran sasarannya adalah ibu hamil. Jadi, ibu hamil harus dipastikan mendapatkan asupan tablet penambah darah agar tidak mengalami anemia. Kemudian ibu hamil juga harus rutin diperiksa minimal enam kali selama kehamilannya. 

"Kami pastikan juga ibu hamil akan mendapatkan konsumsi protein hewani yaitu telor, daging, ikan, dan susu," katanya.

Sementara setelah kelahiran sasarannya adalah balita 0-6 bulan, kata dia, mereka harus mendapatkan asi eksklusif. Selanjutnya bayi 7-24 bulan selain mendapatkan ASI eksklusif mereka juga harus mendapatkan tambahan makanan yang mengandung protein hewani.

"Saya kira dua jurus itu kalau dilaksanakan Jabar akan bebas dari stunting baru. Dengan begitu prevalensi stunting bisa ditekan menjadi 14 persen sesuai target. Tahun 2023 prevalensi stunting kita cukup tinggi 21 persen," kata Herman.