RADAR NONSTOP - Tim medis menjadi garda terdepan melawan virus Corona. Mereka rela tidak pulang bahkan jauh dari keluarga.
Walau dengan alat pengaman diri atau APD yang minim, tim medis tetap berjuang. Dokter, perawat dan ahli medis lainnya tetap setia melayani pasien COVID-19.
Tapi apesnya, tim medis sering kali menjadi momok di masyarakat. Banyak tim medis yang terpaksa pindah kontrakan atau rumah kost akibat perlakukan warga yang tidak manusiawi.
BERITA TERKAIT :Untuk diketahui penolakan jenazah perawat RSUD dr Kariadi Semarang hari Kamis (9/4) kemarin viral. Jenazah sebenarnya akan dimakamkan di samping makam ayahnya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Siwarak, lingkungan Sewakul, Kelurahan Bandarjo, Kecamatan Ungaran.
Namun terjadi penolakan sehingga jenazah diputuskan dimakamkan di kawasan makam Bergota Semarang di dekat RSUP dr Kariadi Semarang. Ketua RT di TPU Siwarak bernama Purbo sudah meminta maaf kepada publik. Ia menyebut dirinya hanya menyampaikan aspirasi warga.
Harusnya, kita sebagai warga yang telah dibantu oleh tim medis bisa menghargai. Artinya, tim medis berjibaku melawan Corona demi rakyat.
Sementara Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meminta maaf terkait peristiwa penolakan pemakaman jenazah perawat terpapar Corona di Kabupaten Semarang. Dia juga meminta warganya agar mengedepankan rasa kemanusiaan di masa pandemi ini.
Ganjar menyatakan permintaan maafnya lewat video yang juga dia unggah di akun media sosial miliknya. Ia mengaku terkejut ketika dilapori soal penolakan jenazah perawat.
"Saya mendapatkan laporan yang mengejutkan, peristiwa yang membuat tatu ati (sakit hati). Sekelompok warga Ungaran menolak pemakaman pasien COVID-19. Ini kejadian kesekian kali. Dan saya mohon maaf, saya ingin kembali mengajak bapak ibu untuk ngrogoh rasa kamanungsan (memakai rasa kemanusiaan) yang kita miliki," kata Ganjar, Jumat (10/4/2020).
Ia juga kembali menjelaskan prosedur pengurusan jenazah pasien Corona yang syar'i dan sudah sesuai prosedur. Ganjar juga menyebut pesan ahli terkait virus yang akan mati ketika inangnya mati dan tidak bisa menjangkiti orang ketika sudah dikubur.
"Saya tegaskan sekali lagi kalau jenazah itu sudah dikubur, virusnya ikut mati di dalam tanah. Tidak bisa keluar dan menjangkiti warga. Majelis ulama pun sudah berfatwa bahwa mengurus jenazah itu wajib hukumnya, sementara menolak jenazah itu dosa. Karena itu saya berharap kejadian di Ungaran ini menjadi yang terakhir, jangan lagi ada penolakan jenazah apalagi seorang perawat," jelasnya.
Sebelumnya perawat pasien Corona (COVID-19) di RS Persahabatan di Jakarta dikabarkan mendapat stigma di lingkungan tempat tinggalnya. Mereka dianggap sebagai pembawa virus sehingga terpaksa tinggal di rumah sakit karena diminta meninggalkan kamar kosnya.