Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Data Corona Banten Kok Beda Dengan Kemenkes, Mana Yang Benar Nih 

NS/RN | Minggu, 22 Maret 2020
Data Corona Banten Kok Beda Dengan Kemenkes, Mana Yang Benar Nih 
Gubernur Banten Wahidin Halim pakai masker didampingi beberapa kepala daerah.
-

RADAR NONSTOP - Data pasien positif terjangkit Corona antara Pemprov Banten dengan gugus tugas pemerintah pusat beda. Akibatnya, masyarakat menjadi bingung. 

Sabtu (21/3/2020), Banten menyebut angka 23 orang sedangkan pemerintah pusat sebanyak 43 orang positif Corona.

Dilihat dari website resmi BNPB, tercatat jumlah pasien positif di Banten sebanyak 43 orang. Sementara website info corona Banten, tercatat hanya 23 pasien positif.

BERITA TERKAIT :
Diberi Penghargaan Oleh Jokowi Soal Perang Lawan Corona, Kini Tidur Dibui Karena Dituduh Korupsi APD 
Sikapi Kondisi Pasien Koma Usai Menjalankan Operasi, Begini Penjelasan RSUD Kota Bekasi

Soal itu, Kadinkes Banten Ati Pramudji Astuti menjelaskan bahwa data yang tercatat di https://infocorona.bantenprov.go.id/, berdasarkan domisili pasien.

"Kami menggunakan data domisili bukan berdasarkan dia positifnya di daerah Banten. Kami pakai akses domisili, karena awal (pemerinah) pusat berdasarkan domisili," kata Ati saat dihubungi melalui sambungan telepon di Serang, Banten, Sabtu (21/3/2020).

Pada Jumat (20/3) kemarin, rumah sakit di Banten sendiri menangani 4 pasien yang positif. Namun karena bukan warga Banten, data tersebut tidak disampaikan. Karena menurutnya, pelacakan dan penanganan pasien Corona oleh dinas kesehatan menggunakan akses domisili.

"Kan tujuan data surveillance memastikan rantai penularan, jadi harus tracing (melacak) kontak, benar warga Banten, siapa yang kontak erat dengan warga Banten. Kalau bukan warga Banten tracing kita tidak mungkin di Jakarta," ujarnya.

Kedua, ketika gugus tugas di pusat mengumumkan bahwa hari ini ada 43 warga Banten positif, Dinkes sama sekali belum menerima hasil labolatoriumnya. Jadi, dinas tidak bisa menyampaikan informasi ke publik karena belum memiliki data sebaran.

"Kalau sama, kami enggak usah membuat datanya, lihat aja dari pusat, kalau cuma ngeganti 43-nya, sedangkan kita butuh sebaran,' ujarnya.