Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co
OPINI

Waspada.. Serangan Jantung Kini Tak Kenal Usia 

NS/RN | Selasa, 18 Februari 2020
Waspada.. Serangan Jantung Kini Tak Kenal Usia 
-

RADAR NONSTOP - Mulailah hidup sehat. Sebab, serangan jantung kini tak hanya menyerang orang yang sudah berusia lanjut. 

Studi teranyar menunjukkan, serangan jantung mulai menyerang orang yang masih berusia muda. Dalam berbagai penelitian risiko serangan jantung meningkat di kalangan muda.

Hasilnya, serangan jantung terjadi pada pasien muda berusia 35 hingga 54 tahun terus mengalami peningkatan dari 27 persen pada periode 1995-1999 menjadi 32 persen pada 2010-2014. 

BERITA TERKAIT :
Iuran BPJS Naik 2025, Menkes Ogah Bikin Gaduh
19,9 Ribu Ibu Hamil Kurang Energi, Sri Mulyani Sebut Anggaran Kesehatan Rp187,5 T

Secara global, 85 persen dari semua kematian di dunia terjadi karena penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke.

Di Indonesia, penyakit jantung juga menjadi penyebab kematian tertinggi. Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi penyakit jantung di Indonesia mencapai 1,5 persen.

Dikutip dari Men's Health, ada 4 faktor risiko seseorang yang masih muda bisa terkena serangan jantung, berikut ulasannya;

1. Berat badan semakin meningkat

Pola makan yang semakin tidak terkontrol menjadi salah satu alasan anak muda bisa kena serangan jantung. Peneliti melihat bahwa sekarang ini banyak remaja yang gemuk dan sampai dewasa mereka tetap gemuk, bahkan semakin berat.

Kondisi ini yang membuat mereka lebih rentan terhadap serangan jantung. Jantung menjadi lebih sulit untuk bekerja dan ini yang menyebabkan terjadinya penyumbatan arteri dan akhirnya menggangu aliran darah ke jantung.

2. Merokok

Perokok aktif terbukti mengalami masalah kardiovaskular. Peneliti menerangkan bahwa hanya butuh satu batang rokok per hari untuk meningkatkan risiko pria terkena penyakit arteri koroner. Risiko ini berlaku juga pada pengguna vape.

3. Stres yang meningkat

Di zaman seperti sekarang, stres menjadi lebih mudah datang dan kondisi semacam ini bisa terjadi setiap hari. Mereka yang berusia 22 hingga 39 tahun adalah kelompok paling rentan terserang stres dan kondisi ini memperparah peradangan pada arteri koroner. Kalau sudah begini, yang bakal terjadi adalah pembekuan darah.

Secara tidak langsung, stres juga yang mempermudah seseorang untuk menjalankan hidup tidak sehat. Nah, dengan dorongan stres ini, seseorang akan lebih mudah terserang masalah kardiovaskular secara tidak langsung. Bahkan, risiko ini dua kali lipat lebih memungkinkan seseorang mengalami serangan jantung.

4. Mudah mengabaikan serangan jantung

Mereka yang berusia muda akan lebih mudah mengabaikan gejala serangan jantung. Mereka banyak yang menganggap masalah ini hanya dialami orang tua dan rasanya sulit menerpa anak muda. Kelalaian ini yang membuat seseorang malah jadi lebih mudah mengalami serangan jantung.

Kesimpulan itu berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2018 yang dikutip dari Kementerian Kesehatan, data menunjukkan prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia yaitu sebesar 1,5 persen dari total penduduk.

Penelitian tersebut juga menunjukkan penderita penyakit jantung koroner berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi terjadi pada perempuan yaitu 1,6 persen dibandingkan laki-laki 1,3 persen. 

Selain itu, masyarakat kota juga cenderung lebih banyak terserang penyakit jantung dengan prevalensi 1,6 persen dibandingkan penduduk perdesaan yang hanya 1,3 persen.

Merujuk data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014 juga menunjukkan penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian tertinggi kedua setelah stroke, yaitu sebesar 12,9 persen dari seluruh penyebab kematian tertinggi di Indonesia. 

Data Riskesdas 2018 mengungkapkan tiga provinsi dengan prevalensi penyakit jantung tertinggi yaitu Provinsi Kalimantan Utara 2,2 persen, DIY 2 persen, dan Gorontalo 2 persen. 

Selain ketiga provinsi tersebut, terdapat delapan provinsi lainnya dengan prevalensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi nasional. Delapan provinsi tersebut adalah Aceh 1,6 persen, Sumatera Barat 1,6 persen, DKI Jakarta 1,9 persen, Jawa Barat 1,6 persen, Jawa Tengah 1,6 persen, Kalimantan Timur 1,9 persen, Sulawesi Utara 1,8 persen, dan Sulawesi Tengah 1,9 persen. 

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015 menunjukkan, 70 persen kematian di dunia disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular yaitu sebanyak 39,5 juta dari 56,4 juta kematian. Dari seluruh kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) tersebut, 45 persen disebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah dengan total 17.7 juta dari 39,5 juta kematian.