RADAR NONSTOP - Emak-emak protes. Mereka meminta kepada pemerintah agar tidak menaikan harga gas 3 kilogram. Sebab, jika gas yang biasa disebut tabung melon itu naik maka berdampak pada uang belanja emak-emak.
"Masa naik, lha harga saja sudah pada naik. Ini gas kok latah naik, namanya bikin susah rakyat," keluh Uji warga di Kedoya, Kebon Jeruk, Jakbar, Kamis (16/1).
Emak dua anak ini mengaku, dirinya gas bakal naik dari Facebook dan group arisan. "Pada ngeluh semua tuh, bikin susah emak-emak aja," ucapnya.
BERITA TERKAIT :Erni warga Depok, Jawa Barat juga kesal dengan rencana gas naik. "Ini namanya mencekik rakyat kecil. Emak-emak protes nih tulis aja gitu mas," terang ibu tiga anak ini dengan wajah jutek.
Seperti diberitakan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan mencabut subsidi Elpiji 3 kilogram (kg). Subsidi tak lagi diberikan per tabung, melainkan langsung ke penerima manfaat.
Nantinya, harga jual 'gas melon' ini akan disesuaikan dengan harga pasar. Jika benar, diperkirakan harganya bisa mencapai Rp 35.000 per tabung.
Kebijakan ini ditargetkan pada pertengahan tahun ini atau bulan Juni 2020. Diharapkan subsidi Elpiji 3 kg bisa lebih tepat sasaran dengan menyasar langsung kepada penerima manfaatnya yaitu masyarakat miskin.
Namun masyarakat kurang mampu akan tetap mendapatkan harga 'spesial'. Pasalnya, mereka akan tetap mendapatkan subsidi yang diberikan langsung dengan cara ditransfer.
Berdasarkan survei Kementerian ESDM, rata-rata masyarakat miskin menggunakan 2-3 tabung gas Elpiji 3 kg per bulannya. Dengan begitu, nantinya pembelian tabung keempat dan seterusnya oleh masyarakat miskin tak lagi disubsidi.
Sedangkan mereka yang tidak berhak mendapatkan subsidi akan membayar sesuai harga pasar sekitar Rp 35.000 per tabungnya. Diperkirakan konsumsi Elpiji 3 kg bisa berkurang karena masyarakat mampu beralih ke tabung yang lebih besar lagi karena harga per kg yang sama.