Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co
OPINI

Cerita Itu Bernama Banjir...

Redaksi/RN | Rabu, 01 Januari 2020
Cerita Itu Bernama Banjir...
-

RADAR NONSTOP - Jakarta banjir. Hujan deras, air pasang laut dan air kiriman dari Katulampa Bogor adalah salah satu bagian dari cerita banjir. 

Kerugian akibat banjir bukan hanya infrastruktur tapi korban jiwa pun melayang. Dari era Sutiyoso, Fauzi Bowo, Jokowi, Ahok hingga Anies Baswedan merasakan pusingnya mengatasi banjir. 

Banjir di Jakarta pertama kali terjadi di pantai barat laut Jawa, di muara Sungai Ciliwung di Teluk Jakarta, yang merupakan sebuah inlet dari Laut Jawa. Air bah ke Jakarta memang tak bisa terbendung karena telah terjadi pada tahun 1960, 1996, 2002, 2007 dan 2013.

BERITA TERKAIT :
Banjir Jakarta Disengaja? BPPD DKI: Sejak Zaman Belanda Juga Banjir
Banjir Jakarta, 47 Warga Ngungsi 4 RT Terendam Puluhan Jalan Tergenang

Apalagi, Jakarta terletak di daratan yang datar, rata-rata 7 meter (23 ft) di atas permukaan laut yang mana 40% wilayahnya terutama daerah utara, berada di bawah permukaan laut.

Sungai mengalir dari Puncak, melewati seluruh kota ke utara menuju Sungai Ciliwung, adalah sungai yang membagi kota ke barat dan timur. Sungai-sungai lain seperti Pesanggrahan juga tak mampu menampung debit air bah. 

Selain itu, gorong-gorong yang selalu mampet karena prilaku warga dan pengelola gedung juga menjadi penyebab banjir. Berawal dari Gubernur Ali Sadikin, Sutiyoso, Fauzi Bowo, Jokowi dan Ahok serta Anies Baswedan proyek kelanjutan penangan banjir terus digarap. 

Bahkan, Jakarta telah menyiapkan ribuan pompa penyedot air disetiap pintu air untuk menghadang air. Tapi, lagi-lagi air memang lebih cerdas dalam mencari celah masuk ke rumah-rumah. 

Siklus lima tahunan, sering menjadi momok di masyarakat. Di mana hujan akan deras terus menerus lebih dari 12 jam, air laut pasang dan kiriman dari kawasan Bogor serta Tangerang. 

Tapi banjir selalu menjadi cerita duka bagi warga ibukota. Mereka tetap setia tinggal di Jakarta walaupun banjir menghadang. 

Sebagai ibukota, Jakarta memang masih menjadi magnet warga daerah untuk merantau. Cap merantau ke Jakarta bakal menjadi sukses adalah pepatah yang lazim bagi perantau. 

Kini Jakarta kembali diterjang air bah. Hujan deras yang terjadi sejak Selasa (31/12/2019) hingga Rabu (1/1/2020), merendam ribuan rumah. 

Apapun yang dikerjakan Anies bak sirna ditelan banjir. Pompa penyedot air, mengeruk kali dan merazia gedung karena tak ada resapan air tenggelam begitu saja. 

Kini harus memutar otak bagaimana menangkis gelombang air yang selalu datang saat musim hujan. Menekan pemilik gedung agar tidak menyedot air tanah dan menyadarkan 10 juta warga Jakarta agar menjaga lingkungan serta tidak membuang sampah sembarangan.

 

 

#Opini   #Banjir   #Jakarta   #