RADAR NONSTOP - Pro dan kontra atas rencana Menteri BUMN Erick Thohir menjadikan Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) menjadi salah satu petinggi BUMN terus memanas.
Di antara sekian banyak yang menolak Ahok, adalah Menko bidang Kemaritiman, Rizal Ramli. Politikus sekaligus ekonom senior itu menilai perusahaan BUMN tak bisa dikelola pakai model cara seperti kinerja pengusaha di Glodok yang biasa dengan secarik kertas dan tandatangan.
"Di perusahaan skala besar seperti BUMN dan internasional tak bisa transaksi dan deal itu dengan secarik kertas dan tandatangan. Harus ikutin good governance, karena kalau enggak itu akan masalah," kata Rizal dalam acara Kabar Petang tvOne, Rabu (20/11/2019) malam.
BERITA TERKAIT :Rizal juga mengingatkan latarbelakang Ahok yang pernah menjadi terpidana. Selain itu, saat menjabat Gubernur DKI, eks politikus Gerindra itu tersangkut kasus hukum seperti Rumah Sakit Sumber Waras sampai beli bus rongsokan pabrikan China.
Rizal pun menyoroti kiprah Ahok saat sebagai Gubernur DKI yang membawahi 30 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
"Waktu dia masuk, dia jelek-jelekkan, manajemen kacau diganti bos BUMD itu dengan 30 orang yang merupakan konco-konconya Ahok. Tapi, tidak ada perbaikan yang bagus. Kalau Ahok punya pengalaman eksekutif pasti dari pergantian yang dilakukan akan terjadi perubahan," terang Rizal.
Contoh persoalan lain saat Ahok ngotot di sidang kabinet terkait pembahasan kesiapan proyek Lintas Rel Terpadu atau LRT dengan menggunakan jenis rel yang lebar. Ia heran pola pikir Ahok yang ngotot soal rel lebar karena tidak tepat.
"Padahal ini LRT di dalam kota. Cukup rel yang sempit, tidak perlu lebar. Karena lebar itu kalau bebannya tinggi atau jarak jauh. LRT sekarang punya banyak masalah karena untuk menikung perlu yang sempit," sebutnya.
Dari deretan contoh itu, ia menyindir figur Ahok hanya unggul dalam drama tanpa didukung kemampuan. Ia berharap agar Pertamina tak menjadi kelinci percobaan dengan menempatkan eks Bupati Belitung Timur tersebut sebagai pejabatnya.
"Ini semua masalah nunjukin bahwa namanya Ahok cuma dramanya aja yang gede. Tapi, kemampuan korporasinya itu betul-betul mengecewakan. Sayang Pertamina kalau dijadikan kelinci percobaan yang tidak perlu," pungkasnya.