Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Pendidikan Terancam Lumpuh Jika Guru Honorer Mogok 

JPNN/RN/NS | Senin, 18 November 2019
Pendidikan Terancam Lumpuh Jika Guru Honorer Mogok 
Aksi guru honorer saat berdemo, beberapa waktu lalu.
-

RADAR NONSTOP - Jika guru honorer mogok massal maka berdampak pada dunia pendidikan. Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim mengatakan, sekitar 63 ribu guru baru hasil seleksi CPNS 2019 belum bisa menutupi kebutuhan tenaga pendidik. 

Kondisi saat ini, mayoritas guru PNS sudah mendekati usia pensiun.

Selain itu, banyak yang menjabat pengawas dan kepsek yang sudah tidak lagi bersentuhan dengan siswa karena tak punya kewajiban mengajar. Belum lagi pemda makin gemar menggeser guru PNS ke jabatan struktural.

BERITA TERKAIT :
Pagar & Laptop 1,4 Miliar Disorot, Istri Uya Kuya Bongkar Mafia Proyek Pendidikan Di DKI 
Nadiem Sering Bikin Gaduh, Abdul Mu'ti Disuruh Benahi Dunia Pendidikan 

"Ini membuat guru honorer yang terhinakan oleh pemerintah dengan pendapatan (ada yang) Rp 100 ribuan per bulan mendominasi ruang-ruang kelas. Di saat bersamaan kegiatan-kegiatan Kemendikbud dilaksanakan di hotel-hotel mewah," kata Ramli dalam pesan elektroniknya seperti dikutip dari JPNN, Senin (18/11).

Guru-guru yang mengisi ruang kelas, lanjutnya, mayoritas honorer yang usianya lebih muda dibanding guru PNS. Jika terjadi mogok massal guru honorer, bisa dipastikan pendidikan di Indonesia lumpuh total.

Guru-guru terbaik akan diangkat jadi kepsek. Kepsek terbaik kabarnya akan diangkat jadi pengawas.

“Guru terbaik diangkat jadi Kasi, Kabid, bahkan jadi camat atau lurah, maka tertinggallah guru-guru bukan terbaik mengisi ruang-ruang kelas . Jika terus demikian, lalu apa yang bisa diharapkan bagi anak-anak bangsa kita di masa depan? Saat kemampuan matematika alumni kita sangat rendah dan Gernas Tastaka (gerakan nasional pemberantasa buta matematika) harus digerakkan oleh senior-senior IGI, budaya literasi yang jongkok ditambah dengan kemampuan sains yang tidak memadai," ujar Ramli Rahim.