RADAR NONSTOP - Ada anomali di tengah gencarnya pemerintahan Jokowi membangun insfrastruktur. Pembangunan tersebut tidak berbanding lurus dengan daya beli masyarakat.
Begitu dikatakan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Suryani Sidik Motik dalam acara Diskusi Ekonomi Bersama Millenials Economist Forum bertema '5 Percents Trap Jebakan Ekonomi 5%', Rabu (10/4/2019).
Yani menjelaskan saat ini infrastruktur dibangun tapi pabrik semen kehilangan pasar. Menurutnya, industri lebih membutuhkan tol laut ketimbang tol darat.
BERITA TERKAIT :"Infrastruktur itu harus follow function industry. Jadi orang bangun infrastruktur kalau industrinya ada. Ini bangun infrastruktur yang monyet saja enggak lewat. Mestinya tol laut, kenapa jadi tol darat?" ungkap Yani.
Menurut Yani, dengan jalan tol laut dengan satu kapal tongkang bisa mengangkut 3000 ton-4000 ton. Sementara, dengan jalan tol satu truk hanya mampu memuat barang 20-30 ton. Sehingga dengan tol laut bisa lebih murah bisa mengangkut hasil bumi dari Kalimantan ke Surabaya atau ke Papua.
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Rizal Edi Halim mengungkapkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5% menjadi seperti halusinasi. Indonesia bisa mencetak pertumbuhan lebih dari itu karena sampai saat ini Indonesia tidak mengalami eksternal shock yang besar seperti yang dihadapi pada tahun 2008.
"Jadi argumentasi pertumbuhan ekonomi 5% adalah prestasi membawa kita halusinasi dan itu jebakan. Kenapa bisa 5%? karena ada persoalan dalam mengelola ekonomi kita, ada disorientasi dan hilang fokus," tukasnya.