RN – Setelah operasi plastik di Korea Selatan, Tengku Dewi Putri mungkin berharap penampilannya makin segar. Tapi yang paling cepat berubah ternyata bukan wajahnya, melainkan reaksi netizen. Karena di dunia maya, setiap kali perempuan merayakan tubuhnya sendiri, yang merasa tersinggung selalu lebih banyak daripada yang benar-benar peduli.
Lewat unggahan di Instagram, Dewi memamerkan hasil restorasi wajah dan tubuh yang ia sebut sebagai bentuk perayaan atas dirinya sendiri. Namun, seperti hukum alam dunia maya, setiap kali seorang perempuan mengaku bahagia dengan tubuhnya, warganet otomatis merasa dipanggil untuk mengadili.
Komentar pun membanjir, dari yang halus seperti “sayang, lebih cantik natural,” hingga yang lebih spontan ala keyboard warrior, “buat apa operasi, insecure banget sih?.”
BERITA TERKAIT :Tak tinggal diam, Dewi menulis respons yang mungkin bisa dijadikan quote of the day bagi para alumni body shaming di jagat maya.
“Saya memilih untuk merayakan tubuh saya. Bukan untuk cari perhatian, tapi untuk menghormati perjalanan saya.”
Sebuah kalimat yang terdengar tenang, tapi kalau dibaca dua kali, terasa seperti tamparan yang cukup keras.
Dewi sadar betul, tampil “too much” di media sosial sama saja seperti menaruh madu di tengah hutan komentar, manis di awal, tapi pasti diserbu. Meski begitu, ia tetap teguh menolak tunduk pada standar moral kolektif yang entah siapa yang menciptakan.
“Aku tahu postinganku mungkin terlihat ‘too much’, tapi ini tentang acceptance.”
“Aku gak hidup untuk menyenangkan semua orang.”
Kalimat terakhir itu terdengar seperti deklarasi kemerdekaan bagi kaum perempuan yang lelah disuruh “cukup tampil sopan tapi tetap cantik.”
Tak berhenti di situ, Dewi bahkan membalikkan kritik yang ditujukan padanya dengan gaya psikolog.
“Kalau postinganku menyentuh hatimu, mungkin itu bukan tentang aku, tapi tentang apa yang belum kau terima dalam dirimu.”
Sebuah kalimat yang, kalau dibaca di caption influencer lain, mungkin akan dibilang “cringe,” tapi keluar dari mulut Tengku Dewi, terasa seperti khutbah kejujuran di tengah banjir filter dan FYP.
Ia pun menutup pidato digitalnya dengan ancaman paling elegan di dunia maya.
“Kalau gak suka, silakan unfollow aja yaa.”