RN - Ketua Presidium JARI’98 (Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia Sembilan Delapan), Willy Prakarsa menceritakan cerita menarik saat peristiwa demonstrasi dimulai 25 Agustus 2025 lalu.
Bermula dari aspirasi soal insiden tewasnya seorang rekan Ojol, bubarkan parlemen (DPR RI) dari oknum - oknum anggota sehingga berdampak terjadinya pembakaran mewarnai aksi di 1/4 pelosok negeri.
“Menariknya, di ending akhir disuarakan pula soal pencopotan Kapolri, Jenderal Pol, Listyo Sigit Prabowo,” ujar Willy di akun twitter miliknya @Prakarsa99Willy.
BERITA TERKAIT :Namun, ujar Willy melanjutkan, mereka yang menggiring oponi dan menggaungkan copot Kapolri itu lupa, bahwa pencopotan tersebut adalah hak preogratif Presiden Prabowo.
“Itu mutlak hak presiden dan kembali kepadanya, sehingga publik dan netizen dibuatnya melongo dan terheran-heran, lho selama ini Pak Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo ekstra maksimal bekerja di lapangan bersama jajarannya”.
“Jangan jangan sudah ada oknum yang setor ratusan miliar dan ngebet mau jadi Kapolri?, namun tampaknya gelagat ini terbaca oleh Presiden Prabowo, lalu dibuat zonk. Presiden Prabowo keren, cerdik dan teliti,” beber Willy.
Willy menyakini Presiden Prabowo pastinya tahu pasti sepak terjang Pak Kapolri, Jenderal Pol, Listyo Sigit Prabowo, yang merah putih, humble, agamis, humanis dan pandai memelihara kebhinekaan.
Hal senada juga dikatakan, pengamat politik Indonesia Policy Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai, desakan mencopot Jenderal Listyo Sigit Prabowo dari jabatannya sebagai Kapolri tidak relevan.
Menurut dia, Presiden Prabowo Subianto saat ini justru membutuhkan sosoknya untuk menjaga stabilitas negara terutama ketertiban dan keamanan masyarakat.
"Mempertahankan Listyo Sigit sebagai Kapolri di tengah krisis sosial-politik sekarang adalah langkah menjaga stabilitas," ujar Karyono seperti dikutip dari keterangan diterima.
Karyono mengamini, saat ini Kapolri Listyo Sigit menghadapi tantangan besar menjaga situasi keamanan bangsa.
Karena itu, mencopot Kapolri tanpa pertimbangan matang bisa memperparah konflik internal dan melemahkan institusi Polri yang sedang berupaya dibersihkan dari pengaruh negatif.
Diberitakan, Kapolri Listyo Sigit juga sudah menunjukkan kepemimpinan empati tetapi tegas. Hal ini tercermin saat merespons insiden Affan Kurniawan dengan mendatangi langsung keluarga almarhym dan meminta maaf secara terbuka.
"Jadi, Presiden Prabowo tetap mendorong perbaikan institusi Polri tanpa harus terjebak dalam desakan pergantian atau pencopotan Kapolri," tandasnya.