RN - Kematian diplomat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arya Daru Pangayunan alias ADP (39) masih menimbulkan duka.
Pihak keluarga tak yakin kalau ADP tewas karena bunuh diri. "Kami meyakini bahwa almarhum tidak seperti itu," kata kakak ipar Arya Daru, Meta Bagus saat ditemui di kediamannya, Banguntapan, Bantul, DIY, Selasa (29/7) petang.
Sebelumnya, hasil penyelidikan Polda Metro Jaya mengungkap Daru sapaan akrab ADP pernah mengirim email perihal keinginannya untuk bunuh diri.
BERITA TERKAIT :Namun demikian, Bagus enggan untuk mengomentari temuan kepolisian tersebut.
"Nah, namanya kita konsultasi ya mengenai berbagai macam hal terkait dengan materi apapun itu, saya rasa itu kan merupakan hal pribadi ya. Jadi saya tidak bisa, kami tidak mengomentari yang itu," ungkapnya.
Di satu sisi, lanjut Bagus, Daru semasa hidupnya juga tak pernah bercerita mengenai beban kerja yang mengarah atau memicu depresi.
Secara garis besar, kata Bagus, pihak keluarga belum bisa bicara banyak mengenai ungkap lidik oleh kepolisian karena proses itu sampai kini juga masih bergulir.
Berdasarkan temuan tim digital forensik Polda Metro Jaya dari alat komunikasi atau handphone yang dikuasai atau digunakan Daru, terdapat dua segmen yang menggambarkan keinginan bunuh diri tersebut.
"Dari handphone tersebut, kami menemukan adanya pengiriman e-mail yang dimiliki atau digunakan oleh pengguna digital evidence (bukti digital), alamatnya adalah [email protected] dikirim ke salah satu badan amal yang menyediakan layanan dukungan terhadap orang yang memiliki emosional yang mengalami perasaan tertekan dan putus asa termasuk yang dapat menyebabkan bunuh diri," ujar Ahli Digital Forensik Polri Ipda Saji Purwanto dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Selasa.
Perangkat komunikasi tersebut aktif pertama kali pada 29 Juni 2019, dan terakhir digunakan pada 27 September 2022.
Segmen pertama di tahun 2013, tepatnya dimulai dari tanggal 20 Juni sampai dengan 20 Juli. Ipda Saji mengatakan sudah menyampaikan temuan tersebut ke penyidik yang menangani perkara.
"Pada intinya adalah menceritakan tentang alasan ada keinginan untuk bunuh diri," kata dia.
Selanjutnya segmen kedua pada tahun 2021, dimulai dari tanggal 24 September hingga 5 Oktober 2021.
"Pengirimannya adalah 9 segmen. Intinya adalah sama, ada niatan yang semakin kuat untuk melakukan bunuh diri karena problem yang dihadapi," ungkap Ipda Saji.
Bercak Darah
Sementara Tim dari Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Bareskrim Polri tidak menemukan bercak darah, sperma dan material biologi lain di Tempat Kejadian Perkara (TKP) tewasnya Daru.
"Kami tidak menemukan di TKP adanya bercak darah, sperma atau material biologi yang ada di TKP, kamar korban maupun di luar kamar korban seperti di kamar mandi dan di kamar tidur kami tidak menemukan adanya material biologi dari orang lain," ujar Perwakilan dari Tim Puslabfor Bareskrim Polri Kompol Irfan Rofik dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (29/7).
Irfan menjelaskan Puslabfor menerima dan memeriksa 13 barang bukti dari penyidik Polda Metro Jaya. Satu di antaranya menarik perhatian.
"Beberapa barang bukti yang kami terima dari penyidik Polda Metro Jaya ada 13 item yang kami periksa, satu yang paling menarik di sini ada pada sisa lakban di bonggol atau gulungan lakban, itu terdapat DNA daripada almarhum ADP," ucap Irfan.
Hasil investigasi polisi menyimpulkan penyebab kematian Arya Danu mengarah pada indikasi meninggal tanpa keterlibatan orang lain atau bunuh diri.