RADAR NONSTOP - Joko Driyono resmi jadi tersangka. Plt Ketua Umum PSSI ini keseret skor dalam Liga Indonesia (LI).
Pecinta sepak bola mulai mengutak-atik siapa yang cocok menggantikan Jokdri sapaan Joko Driono. Di jagat Twitter beberapa nama dimunculkan.
Warganet menyebut nama Erick Tohir dan Chairul Tanjung 'Si Anak Singkong'. Walau keduanya belum tentu mau mengurus sepak bola paling tidak warganet sudah menyuarakan aspirasinya.
BERITA TERKAIT :Sebelumnya, nama Muahimmin Iskandar alias Cak Imin yang juga Ketua Umum PKB menawarkan diri siap memimpin PSSI. Tapi, Cak Imin mendapat penolakan warganet lantaran takut dunia sepak bola diseret-seret ke politik.
Erick Tohir yang kini menjabat sebagai Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf Amin sempat menolak lantaran ingin konsen memenangkan pilpres. Erick memang dinilai mampu membenahi PSSI.
Apalagi, dia pernah memiliki klub Inter Milan. Bahkan, sukses menyelenggarakan Asian Games 2018.
Nah, untuk CT sapaan Chairul Tanjung adalah nama segar yang dimunculkan warganet. Bos Trans Group yang pernah menjadi Menko Perekonomian era SBY ini dinilai pas dalam membesarkan sepak bola.
Hingga berita ini diturunkan, CT belum berkomentar. Jika Erick menolak CT adalah pilihan pas.
"CT dan kang Erick Thohir pas pimpin PSSI. Cak Imin gak lha ya o." Begitu ucapan warganet di Twitter.
KLB Harga Mati?
Kongres Luar Biasa atau KLB menjadi harga mati. Posisi Jokdri sebagai Plt PSSI dan kini menjadi tersangka harus segera diambil tindakan.
KLB diyakini untuk merubah citra PSSI. KLB juga agar sepak bola tidak stag dan amburadul.
Asprov atau PSSi di tingkat provinsi kabarnya mulai bergerak agar KLB segera digelar.
Jokdri, sapaan karib Joko Driyono, ditetapkan sebagai tersangka dugaan perusakan barang bukti pengaturan skor di sepakbola Indonesia. Tanpa pucuk pimpinan, PSSI disebut harus segera melaksanakan KLB.
Tommy Apriantono, Ketua Asprov PSSI Jawa Barat menilai untul memperbaiki citra sepakbola, exco yang ada harus menyiapkan KLB.
BACA JUGA: Jokdri dan Tsunami PSSI, Inilah Meme Lucu Warganet
Kata Tommy, dirinya akan berkomunikasi dengan anggota Asprov.
"Lagipula, tidak mungkin untuk menunjuk wakil Plt Ketum, sebab Iwan (Budianto) juga mulai dikaitkan dengan kasus sepakbola lainnya di Jawa Timur sana," ujar Tommy.
Opsi yang ditawarkan Tommy cukup mengejutkan. Sebab, Tommy tak menyetujui adanya KLB dalam Kongres PSSI di Bali pada 20 Januari setelah Edy Rahmayadi mundur dari jabatannya. Waktu itu, Tommy bersama-sama sejumlah asprov mempertimbangkan agar KLB digelar usai Pilpres.
"Waktu itu, sebagian besar pemilik suara keberatan untuk KLB karena kami menghitung untuk menyiapkan KLB membutuhkan waktu 2x30 hari, artinya April baru KLB. Saya tidak mengira Satags bergerak cepat," tegas Tommy.