Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Akui Endorse 84 Calon Kepala Daerah, Jokowi Mulai Berani Ledek PDIP Secara Terbuka?

RN/NS | Rabu, 04 Desember 2024
Akui Endorse 84 Calon Kepala Daerah, Jokowi Mulai Berani Ledek PDIP Secara Terbuka?
Jokowi dan Megawati.
-

RN - Joko Widodo sepertinya sedang meledek Megawati Soekarnoputri. Mantan Presiden yang biasa disapa Jokowi ini sudah tidak malu-malu lagi.

Jokowi mengaku secara terbuka memberikan dukungan kepada sejumlah calon kepala daerah di Pilkada 2024. Ayah dari Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka itu mengakui dirinya mengendorse lebih dari 80 pasangan calon kepala daerah.

"Seingat saya yang kita berikan endorse 84 seingat saya," kata Jokowi saat ditemui di kediamannya, Selasa (3/12).

BERITA TERKAIT :
Jagonya Kalah Pilkada, Antok: Elit PDIP Seperti Marhaenis Gadungan Yang Bisa Pecah Belah Bangsa? 

Dari 84 pasangan calon yang didukung Jokowi, cukup banyak yang akhirnya muncul sebagai pemenang berdasarkan hitung cepat beberapa lembaga survei. Di antaranya, Pasangan Gubernur Jawa Tengah Luthfi - Yasin, Jawa Timur Khofifah - Emil, serta sederet nama lain.

"Kalau ada yang menang itu bukan karena endorse," kata Jokowi.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan calon-calon yang ia dukung berhasil menang karena mereka berhasil menghimpun kekuatan politik di daerah.

"Karena calonnya, bukan saya. Dan karena penerimaan rakyat penerimaan masyarakat itu baik saya sekali lagi saya bisa ngapain, wong sudah pensiun," kata dia.

Jokowi mengungkapkan banyak paslon kepala daerah yang sudah menghubunginya untuk mengucapkan terima kasih. Bahkan Cagub Jateng, Ahmad Luthfi dan Paslon Wali Kota Solo Respati Ardi - Astrid Widayani diketahui mengunjungi kediaman Jokowi di Sumber sehari setelah pemungutan suara.

"Tadi pagi ada yang menelfon dari Madinah karena sedang umroh. Tidak usah saya sebut namanya," kata Jokowi.

Kemenangan pasangan Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen dari Andika Perkasa-Hendrar Prihadi membuat PDIP geleng kepala. Diketahui, Jateng adalah kandang Banteng. 

Yang bikin nyesek lagi adalah jago PDIP di Solo juga keok. Paslon Teguh-Bambang 39,59 persen keok melawan Respati-Astrid unggul dengan 60,41 persen suara. 

Murka PDIP

Seperti diberitakan, Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri mengkritik keras praktik tidak etis yang diduga dilakukan untuk memengaruhi hasil pilkada. Megawati menyoroti mobilisasi alat negara dan manipulasi kekuasaan sebagai penyebab utama.

Menurut Megawati, kekalahan di 'Kandang Banteng' ini merupakan indikasi serius bahwa demokrasi sedang terancam. Ia menyerukan perlawanan terhadap tindakan yang mencederai moral dan etika dalam pemilu.

Megawati menyebut kekalahan ini mengejutkan. "Jawa Tengah bukan hanya 'Kandang Banteng', tetapi juga basis persemaian nasionalisme dan patriotisme," ujarnya.

Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mengatakan bahwa Jawa Tengah mengalami tekanan yang tinggi dalam masa pilkada serentak 2024. Hal ini dia sampaikan usai mendampingi Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Sukarnoputri menggunakan hak pilihnya di TPS 024, Jalan Kebagusan IV, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada Rabu, 27 November 2024.

Dia mengatakan, PDI Perjuangan terus melakukan monitoring terhadap pilkada Jawa Tengah yang diwarnai berbagai tekanan. Dia mengungkapkan, Boyolali menghadapi tekanan melalui instrumen 'partai cokelat' atau parcok. Parcok yang disebut Hasto merujuk pada para simpatisan Presiden RI ke-7 Joko Widodo atau Jokowi.

"Jawa Tengah menghadapi suatu tekanan yang sangat kuat. Di Boyolali, Bung Ronny (Talapessy) memiliki data yang sangat kuat bagaimana instrumen parcok itu digerakkan sampai terjadi ketegangan," ujar Hasto.

Selain di Boyolali, kata Hasto, tekanan juga terjadi di wilayah Solo. Dia menyebut, bentuknya berupa pemberian bantuan sosial atau bansos.

"Di Solo, beberapa upaya-upaya untuk menyuap rakyat dengan bansos berhasil digagalkan melalui patroli bersama antara rakyat yang cinta demokrasi, rakyat yang tidak ingin suaranya terbeli, bersatu untuk mengawal suara rakyat tersebut," kata Hasto.