RN - Di Jakarta Barat lagi heboh soal tarif air bersih. Seorang netizen mengaku kaget dengan tarif yang harus dibayar per bulan.
Dalam unggahan di Facebook, seorang pelanggan yang tinggal di kawasan Kebon Jeruk kaget. Biasanya dia membayar air per bulan hanya sekitar Rp 100 ribu.
Tapi mendadak kini harus bayar Rp 766 ribu. "Saya juga bingung kenapa jadi bengkak, dan bukan cuma saya saja tapi banyak warga kena juga," keluhnya.
BERITA TERKAIT :Di Kembangan Utara, Kembangan, Jakbar emak-emak juga galau. "Gimana nih kok PAM mendadak naik ya," keluhnya.
Pengamat Jakarta Sugiyanto (SGY) alias Emik pada Rabu, 6 November 2024 juga memposting keluhan warga yang kesal dengan tarif PAM mendadak naik.
SGY meminta kepada Pj Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi dan DPRD bisa bertindak kepada Perumda PAM Jaya. Ini tulisan SGY di akun Facebooknya:
Ada Lagi Laporan Keluhan Masyarakat atas Pelayanan Air PAM JAYA: DPRD dan Pj Gubernur Teguh Perlu Bersikap!
Laporan kembali datang dari masyarakat mengenai layanan air dari PAM JAYA. Kali ini, keluhan berasal dari sekitar 100 rumah di Asrama Distrik Navigasi, Jl. Enggano No.10 RT. 006/016, Kelurahan Tanjung Priok, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Kebetulan, salah satu warga yang melapor adalah keponakan saya sendiri, Irma. Ia mengadukan masalah ini melalui telepon ke contact center PAM JAYA di nomor (1500223), mengeluhkan pasokan air yang sering mati. Tanpa sengaja, saya mendengarnya. Selain itu, warga lain juga telah melaporkan masalah serupa. Menurut Pak RT Eko, ada sekitar 50-70 rumah yang mengalami air yang sering mati. Bagaimana ini, PAM JAYA?!
Keluhan serupa juga datang dari Ujang Sutisna, teman saya. Pada bulan Oktober 2024, Ujang menerima tagihan air sebesar Rp. 1.522.112, jauh lebih tinggi dari biasanya, yang hanya sekitar Rp. 800.000. Pihak PAM JAYA meminta Ujang untuk membayar tagihan tersebut terlebih dahulu, dengan janji bahwa kelebihan akan diperhitungkan pada bulan November jika ada kelebihan pembayaran.
Namun, petugas PAM JAYA juga menyampaikan kemungkinan layanan airnya akan diputus jika tagihan ini tidak segera dibayar. Karena situasi ini, Ujang terpaksa menunda membayar tagihan tersebut karena sedang kesulitan ekonomi dan tidak memiliki cukup uang. Kasihan, bukan, masyarakat?
Melihat situasi ini, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta dan Pejabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi, perlu segera menyikapi persoalan ini dengan membuat kebijakan yang dapat memastikan pelayanan terbaik bagi masyarakat Jakarta.
Masalah air yang sering mati serta melonjaknya tagihan adalah persoalan serius!
Untuk masalah lonjakan tagihan, sebagai solusi, saya mengusulkan agar PAM JAYA mengganti seluruh meteran air masyarakat yang sudah lama atau telah melampaui batas pemakaian.
Langkah ini perlu dilakukan untuk memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen, terutama dalam hal akurasi tagihan dan perlindungan masyarakat dari pembayaran yang membengkak.
Tidak ada pilihan lain selain segera memanggil Direksi PAM JAYA untuk mempertanyakan permasalahan ini. Jika diperlukan, DPRD DKI Jakarta dan Pj Gubernur Teguh harus mengambil tindakan tegas terhadap PAM JAYA terkait keluhan masyarakat atas masalah air ini.
Jakarta, Rabu, 6 November 2024
Wassalam,
Sugiyanto (SGY)-Emik
Hingga berita ini diturunkan, pihak Perumda PAM Jaya belum memberikan klarifikasi.
Ancaman Inflasi
Badan Pusat Statistik (BPS) pernah penyebut kalau kenaikan tarif PAM bisa merusak inflasi daerah. Mendagri Tito Karnavian sebelumnya telah meminta pemda mengatur strategi dan melakukan upaya-upaya pengendalian inflasi dengan mengendalikan kenaikan harga.
Ia meminta kenaikan harga harus dilakukan secara bertahap agar masyarakat dapat beradaptasi.
"Tolong pemerintah daerah tolong betul, sudah ditanyakan kepada beberapa daerah kenapa menaikkan tinggi. BPKP melihat terjadi kerugian PDAM, Perusahaan Daerah Air Minum, sehingga harus dinaikkan. Tapi naikkan itu kalau terjadinya sangat tinggi itu akan memicu inflasi, maka harus dinaikkan secara bertahap," kata Tito dalam keterangan resmi yang diterima kumparan, Rabu (8/2).
Tito juga meminta seluruh pihak untuk menjaga fluktuasi inflasi yang disebabkan situasi global. Hal ini untuk mencegah kemiskinan karena adanya kenaikan biaya hidup.
Merujuk pada survei Eurobarometer, Tito menyebut 93 persen warga Eropa sangat khawatir terkait dengan kenaikan harga. Selain itu, kenaikan harga di sejumlah komoditas ini akhirnya menimbulkan aksi demo besar di Inggris.
Tito menjelaskan kenaikan harga yang terjadi di sejumlah negara Eropa ini disebabkan oleh inflasi. Terlebih untuk beberapa komoditas yang harganya mengalami kenaikan tinggi.
Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), penyumbang inflasi terbesar di Indonesia saat ini yaitu angkutan udara sebesar 1,81 persen. Selain itu, penyumbang inflasi berikutnya adalah bahan bakar rumah tangga yang terdiri dari gas, listrik, dan minyak sebesar 0,85 persen serta bensin sebesar 0,81 persen.