Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Suku Bunga Bengkak, Cicilan Rumah & Mobil Bakal Naik, Siap-Siap Rakyat Menjerit

RN/NS | Kamis, 09 Mei 2024
Suku Bunga Bengkak, Cicilan Rumah & Mobil Bakal Naik, Siap-Siap Rakyat Menjerit
-

RN - Perbankan diminta tidak perlu menaikkan suku bunga kredit atau pinjaman. Jika cicilan kredit naik maka rakyat bakal menjerit.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meminta perbankan tidak perlu menaikkan suku bunga kredit atau pinjaman. 

"Bank tidak ada keperluan menaikkan suku bunga kredit karena likuiditasnya kita tambahkan," kata Perry dalam Taklimat Media di Gedung BI, Rabu (8/5/2024). 

BERITA TERKAIT :
Artis Tajir, Bisnis Prilly Latuconsina Dari Klub Bola Hingga Toko Roti 
500 Warga Tumplek Di Blusukan Dan Ngopi Sore Bareng RIDO & Forkkabi

Sebelumnya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada April 2024 memutuskan BI Rate naik sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25 persen, Suku bunga deposit facility sebesar 25 BPS menjadi 5,50 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 25 BPS menjadi 7,00 persen. 

Kredit Mikro Bank DKI Tembus Rp 3,8 Triliun pada Kuartal Pertama 2024 Holding Ultra Mikro Salurkan Kredit Rp 617,9 Triliun per Kuartal I 2024 Bank Mandiri Catat Realisasi Kredit Kuartal Pertama Tembus Rp 1.435 Triliun.

Dia menjelaskan meskipun BI Rate naik namun juga menambah dan memperluas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM). 

Perry menjelaskan, perluasan cakupan sektor prioritas KLM dengan menambahkan sektor penunjang hilirisasi, konstruksi dan real estate produktif, ekonomi kreatif, otomotif, perdagangan, listrik gas air bersih (LGA), dan jasa sosial, serta penyesuaian besaran insentif untuk setiap sektor yang berlaku mulai 1 Juni 2024. 

Perry menambahkan, akan ada tambahan likuiditas perbankan sebesar Rp 81 triliun sehingga total insentif menjadi Rp 246 triliun. Tambahan likuiditas dari KLM diprakirakan dapat mencapai Rp 115 triliun pada akhir 2024 sehingga total insentif yang diberikan menjadi Rp 280 triliun.

"Ini untuk memastikan likuiditas perbankan untuk menyalurkan kredit," ucap Perry. 

Dengan begitu, Perry juga meyakini secara keseluruhan pertumbuhan kredit hingga 11 persen dapat tercapai. Hal tersebut dilakukan dengan tambahan likuiditas dan juga perbankan dapat menggunakan SBN untuk repo kepada BI dan kepada pasar.