RN - IPE (Lembaga survei Indonesia Political Expert) merilis hasil survei terbarunya terkait netralitas Presiden Jokowi di Pilpres 2024.
IPE mencatat 70.9 persen publik menilai Presiden Jokowi tidak netral, hanya 19,5 persen responden yang menganggapnya netral.
Hal itu diketahui berdasarkan hasil survei dilakukan IPE dengan melibatkan 2400 responden selama Agustus 2023 hingga Februari 2024.
BERITA TERKAIT :Angka margin of error 2 persen dengan pendekatan random purposive.
Direktur Eksekutif IPE Agustanto Imam Suprayogo mengatakan mayoritas yang tidak netral menilai 45,1 persen tidak netral karena akan membela cawapres 02 Gibran Rakabuming Raka.
Lalu 23,2 persen dinilai karena berseberangan dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri; dan dekat dengan Prabowo Subianto 21,1 persen.
"Hampir 70,9 persen masyarakat tidak yakin Presiden netral dalam pemilu. Masyarakat sudah paham bahwa pemerintah ini lagi tidak baik-baik saja. Salah satu aktor yang disalahkan adalah presiden," kata Agustanto saat memaparkan hasil survei IPE di Hotel Tamarin, Jakarta, Sabtu (10/2/2024).
Pada kesempatan itu, pihaknya turut mencatat adanya kenaikan elektabilitas pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD paling tinggi dengan angka 4,95 persen dengan total elektabilitas 35,4 persen.
"Elektabilitas kandidat capres dan cawapres naik, namun kenaikan paling tinggi didapatkan pasangan Ganjar-Mahfud dari 33,57 di Bulan Desember 2023, menjadi 35,4 di Februari 2024," ujar Agustanto.
Secara elektabilitas, peringkat dua diikuti pasangan 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dengan angka terakhir 32,4 persen atau mengalami kenaikan elektabilitas paling rendah di angka 2,51 persen.
Ketiga adalah pasangan 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar di angka elektabilitas 27,7 persen dengan angka laju elektabilitas 3,91 persen. Sementara itu, angka yang tidak tahu dan tidak menjawab saat ini turun di angka 4,5 persen.
Jika ditilik basis strong voter, basis Ganjar-Mahfud terkuat di angka 87,9 persen. Peringkat kedua adalah Anies-Muhaimin 86,7 persen dan Prabowo-Gibran di angka 76,2 persen.
Pengamat politik Ray Rangkuti menilai penyebab angka Prabowo-Gibran rendah karena sejumlah faktor. Salah satu pemicu adalah kedekatan dengan masyarakat. Ia menilai kedekatan publik penting untuk membangun elektabilitas.
"Kalau kita lihat di banyak survei apa alasan utama mereka orang memilih orang ,orang memilih partai karena dia merasa dekat," kata Ray, Sabtu (10/2/2024).
Ray menilai wajar jika 02 angkanya tidak tinggi. Ia beralasan, pasangan 02 jarang berinteraksi dan kampanye sehingga pertumbuhan suara rendah.
"02 adalah Paslon menurut saya paling jarang berinteraksi dengan warga karena mereka paling jarang kampanye," tandas Ray.