RADAR NONSTOP - Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Edy Rahmayadi terpojok. Dia terancam lengser dari kursi PSSI.
Tapi Gubernur Sumut ini belum mau pensiun. Sementara desakan Kongres Luar Biasa (KLB) terus digeber.
Voters atau pemilik suara haikul yakin untuk mencari sosok ketua umum baru. Apalagi sejak dipimpin Edy, PSSI morat marit.
BERITA TERKAIT :Isu suap mafia bola di Liga Indonesia atau LI hingga minimnya prestasi Timnas Garuda menjadi alasan voters menggelar KLB. Apakah Edy kuat mempertahankan kursinya?
Kepada wartawan, Edy mengingatkan bahwa pelaksanaan KLB memiliki aturan yang harus dipatuhi.
"Kalau memang voters meminta itu, ya, silakan saja," ujar Edy usai mengikuti acara makan malam dengan seluruh elemen PSSI sebelum menjalani kongres tahunan di salah satu hotel di kawasan Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (19/1).
Regulasi KLB tercantum dalam Pasal 30 Statuta PSSI. Di sana tertera, KLB hanya bisa digelar jika 50 persen atau 2/3 delegasi membuat permohonan tertulis untuk itu.
KLB akan diadakan oleh Komite Eksekutif PSSI tiga bulan setelah permintaan resmi itu diterima. Seandainya tidak juga digelar, anggota dapat melangsungkan kongres sendiri atau bisa pula meminta bantuan FIFA.
Adapun KLB dilaksanakan salah satunya untuk mengganti kepengurusan PSSI termasuk ketua umum. Namun, secara tersirat Edy menyatakan tidak ingin mundur dari posisinya yang akan berakhir pada tahun 2020.
"Masa saya tinggalkan PSSI saat sedang morat-marit? Kan tidak manusiawi," jelas dia.
PSSI akan menggelar kongres tahunan atau kongres biasa pada Minggu (20/1) di kawasan Nusa Dua, Badung, Bali. Dalam kegiatan tersebut, secara umum PSSI akan melakukan evaluasi kegiatan organisasi selama satu tahun ke belakang dan rencana kerja tahun berikutnya atau tahun 2019.