Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Gempa Politik Jika Gibran Maju Cawapres 

RN/NS | Kamis, 21 September 2023
Gempa Politik Jika Gibran Maju Cawapres 
Gibran di angkot kawasan Bandung, Jawa Barat.
-

RN - Sinyal Gibran Rakabuming Raka kian santer. Bahkan, wajah Wali Kota Solo itu sudah wara-wiri di angkota kawasan Bandung, Jawa Barat. 

Munculnya nama Gibran tentunya untuk menrik kekuatan Jokowi kearena pertarungan pilpres. Peluang Gibran bisa maju atau tidak masih menunggu keputusan MK. 

Gugatan tentang batas usia calon presiden (capres), calon wakil presiden (cawapres) dari 40 tahun menjadi 35 tahun masih berjalan di Mahkamah Konstitusi (MK). Tapi Ketua MK Anwar Usman sudah menyinggung pemimpin muda soal gugatan usia capres/cawapres. Malah, Anwar Usman mencontohkan Nabi Muhammad SAW dalam persoalan itu.

BERITA TERKAIT :
Yusril Diklaim Jadi Menko Polhukam, Yang Lain Jangan Baper Ya... 
Prabowo Utak-Atik Komposisi Menteri, Dampak PKB & NasDem Masuk Koalisi? 

Hal itu disampaikan saat menjawab pertanyaan mahasiswa soal gugatan usia capres-cawapres yang sedang berlangsung di MK.

"Saya sekaii lagi, tidak bermaksud, karena belum putus ya. Insya Allah, pemeriksaan selesai, tinggal nunggu putusan," kata Anwar Usman dalam kuliah umum di kampus di Semarang yang ditayangkan di YouTube, Senin (11/9/2023).

Anwar Usman lalu mencontohkan kasus Nabi Muhammad SAW.

"Saya sudah katakan sebagian contoh tadi, bagaimana Nabi Muhammad, mengangkat seorang panglima perang, umurnya belasan tahun. Muhammad Alfatih yang melawan kekuasaan Bizantium, mendobrak Konstantinopel, sekarang menjadi Istanbul, usianya berapa? 17 tahun," ujar Anwar Usman yang berlatar belakang hakim pengadilan agama itu.

"Saya tidak menyinggung apapun putusan. Jangan dikaitkan dulu," sambung Anwar Usman.

Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari mengatakan jika permohonan itu dikabulkan oleh MK maka nama Wali Kota Gibran Rakabuming Raka paling berpotensi didorong maju sebagai bakal calon wakil presiden (bacawapres) baik bagi Prabowo Subianto maupun Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024.

Sehingga, kata Qodari, hal itu akan menimbulkan gempa maha dahsyat yang mengubah konstelasi percaturan politik di Indonesia.

“Dan menurut saya kalau keputusan MK ini nanti keluar, artinya Gibran dikabulkan, maka ini bisa menimbulkan gempa politik 9 Skala Richter, karena akan sangat mengubah konstelasi,” ujar Qodari dalam diskusi dari bertajuk Jelang Final Terbentuknya Koalisi Capres 2024 yang diadakan Partai Gelora, Rabu (20/9/2023).

Qodari memandang majunya Gibran jika nanti dipasangkan sebagai cawapres Prabowo Subianto akan menggerogoti suara Ganjar Pranowo dan berkontribusi mendulang kemenangan besar.

“Mengubah konstelasinya itu di mana? Pertama, tadi ya bisa mengambil separuh suaranya Ganjar, yang kedua akan bisa berpengaruh terhadap pemenangan,” ucapnya.

“Saya pernah mengatakan bahwa sebetulnya kalau kita bicara suara, peta suara pada hari ini pertama-tama bukan peta suara tiga kandidat, tapi peta suara Pak Jokowi, peta suara dari masyarakat, peta opini dari kalangan publik yang puas atau tidak puas dengan Pak Jokowi. Yang puas kepada Pak Jokowi sekarang ini angkanya 80 persen, yang tidak puas 20 persen,” ungkapnya.

Namun, dikatakan Qodari perebutan suara Presiden Jokowi oleh Prabowo dan Ganjar akan dimenangkan oleh kandidat yang berdampingan dengan putranya yakni Gibran Rakabuming Raka.

“Nah yang akan menang adalah yang aura Pak Jokowi nya paling kental. Selama ini kan aura Pak Jokowi itu berusaha direbut dengan gambar, berusaha direbut dengan momentum, peristiwa dan seterusnya,” urai Qodari.

“Saya membayangkan kalau nanti Gibran ini jadi calon wakil presiden entah sebagai wakilnya Ganjar atau Prabowo, itu nanti suara pendukung Jokowi yang 80 persen itu akan melimpah ke pasangan yang ada Gibran sebagai wakilnya,” imbuhnya.

Oleh karena itu, Qodari berpendapat variabel penentu pemenang Pilpres 2024 tidak akan lepas dari variabel dukungan dari Presiden Jokowi.

“Makanya kemudian penentu pemilu Indonesia ini menurut saya tetap Pak Jokowi baik secara elektoral maupun secara dinamika politik lain-lainnya,” tuntas Qodari.