RN - Wajar kalau Anies Baswedan kerap diserang kiri kanan. Ternyata ada fakta baru yang belum diungkap.
Indostrategic baru saja merilis hasil survei yang mereka lakukan untuk periode 9-20 Juni 2023. Salah satu yang menjadi sorotan tingginya tingkat setuju publik soal narasi perubahan untuk Indonesia.
Direktur Eksekutif Indostrategic, Khoirul Umam mengatakan, 80,6 persen responden sudah pernah mendengar visi perubahan untuk 2024. Dari 1.400 responden, hanya 19,3 persen yang mengaku belum pernah mendengar.
BERITA TERKAIT :Artinya, narasi itu sudah cukup tersampaikan kepada masyarakat. Tapi, Indostrategic mendalami lagi apakah narasi tersampaikan secara dalam atau tidak untuk melihat apakah itu bisa dikonversi menjadi dukungan.
"Sebanyak 91,3 persen responden setuju dengan visi perubahan memperbaiki kondisi saat ini, 8,2 persen tidak setuju, 0,5 tidak tahu/tidak jawab," kata Khoirul, Jumat (14/7).
Kemudian, terkait pemahaman masyarakat tentang narasi perubahan, 83,9 persen menganggap itu berarti program-program pemerintah yang lebih baik. Hanya 14,4 persen merasa visi itu asal berbeda dengan pemerintah.
Lalu, diteliti lebih mendalam apakah visi perubahan itu betul-betul menyasar konteks keseharian mereka dan mampu memberikan perbaikan. Sebab, jika tidak masyarakat berpotensi memberikan koreksi balik.
"Sebanyak 34,1 persen menginginkan harga kebutuhan pokok terjangkau," ujar Khoirul.
Selain itu, ada 16,9 persen yang berharap mencari pekerjaan lebih mudah, 9,5 persen berharap harga jual panen pertanian, perkebunan dan nelayan stabil, 7,7 persen berharap bisa melunasi utang luar negeri Indonesia.
Ada pula 6,1 persen harapan agar harga BBM terjangkau, 4,9 persen agar pupuk petani terjangkau, 4,6 persen peningkatan pemberantasan korupsi. Bahkan, ada 3,2 persen berharap penegakan hukum yang tidak asal tangkap.
Survei Indostrategic juga menunjukkan ada 19,3 persen dari 1.400 responden yang akan mengikuti pilihan capres Presiden Jokowi. Sayangnya, mayoritas responden mengaku tidak akan mengikuti pilihan capres Jokowi.
Direktur Eksekutif Indostrategic, Ahmad Khoirul Umam mengatakan, 56,6 persen memilih tidak akan mengikuti pilihan capres dari Jokowi. Lalu, 21 persen masih bimbang dan 3,1 persen tidak tahu atau tidak menjawab.
"Ini masih dipengaruhi ketidakjelasan positioning Presiden Joko Widodo," kata Khoirul yang memaparkan survei Indostrategic untuk periode 9-20 Juni 2023 tersebut, Jumat (14/7).
Hal ini turut sejalan data lain yang didapat Indostrategic tentang cawe-cawe Presiden Jokowi terkait Pilpres 2024. Sebab, sebanyak 64,4 persen menilai Jokowi sebaiknya bersikap netral dalam Pilpres 2024.
Setelah itu, ada 15,5 persen responden mengaku abu-abu atas sikap cawe-cawe Presiden Jokowi. Sedangkan, 16,4 persen lain tidak masalah Jokowi tidak netral dan memanfaatkan kekuasaan untuk salah satu kandidat capres.
Meski begitu, Khoirul menekankan, data ini tidak serta merta membuat poros perubahan di atas angin. Pasalnya, sebanyak 56,2 persen responden masih memilih capres-cawapres yang mengusung semangat keberlanjutan.
Sedangkan, responden yang memilih capres-cawapres pengusung semangat perubahan baru 43,1 persen. Khoirul mengingatkan, angka ini tidak jauh berbeda dari perolehan suara dalam Pilpres 2014 maupun Pilpres 2019.
"Ketika narasi tentang keberlanjutan tentunya sama. Waktu itu, Presiden Jokowi menjadi petahana meraih 55 persen dan Prabowo meraih 45 persen," ujar Khoirul.