Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Pengamat Sayangkan Demokrat Bangun Eksistensi Dengan Hoaks

ERY | Selasa, 08 Januari 2019
Pengamat Sayangkan Demokrat Bangun Eksistensi Dengan Hoaks
Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno
-

RADAR NONSTOP – Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno menilai diamnya Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam kasus cuitan tujuh kontainer suara tercoblos oleh Wasekjen Demokrat Andi Arief, sebagai strategi politik baru Demokrat.

“Hanya saja strategi itu dengan hoaks. Karena, serangan politik kebohongan justru kontraproduktif dan paradoks dengan politik SBY dan bisa merugikan Demokrat,” tegas Adi Prayitno, Selasa (8/1).

Strategi itu kata Adi, karena kesantunan politik SBY selama ini tak cukup untuk mempertahankan eksistensi dan elektabilitas Demokrat. “Kecenderungan arah mata angin politik 2019 tak memihak Demokrat. Karenanya, perlu strategi lain yang lebih nendang ke publik,” ujarnya.

BERITA TERKAIT :
Jadi Komisaris PT PLN, Jangan-Jangan Andi Arief Lagi Disetrum Agar Jinak?
Ancaman Internal-Eksternal, Melani Suharli Beberkan Tantangan Indonesia di Era Teknologi

Selama ini lanjut Adi, Demokrat cenderung bermain aman, namun kini menggunakan strategi ganda. “Di satu sisi tetap berteguh pada narasi ketokohan SBY yang santun dan cool. Tapi, di sisi lain menyerang sebagai bagian peneguhan eksistensi Demokrat,” paparnya.

Karena itu wajar jika SBY diam dalam kasus cuitan Andi Arief tersebut. “Dengan kasus Andi Arief itu, maka Demokrat banyak dibicarakan publik, dan dengan begitu publik diharapkan bisa dikonsolidasi untuk memilih Demokrat di Pemilu 2019,” ujar Adi.

Yang pasti kata Adi, setiap partai selalu ada orang seperti Andi Arief, striker tunggal yang siap bertarung di barisan depan.”Fungsinya banyak. Salah satunya untuk menyerang lawan politik secara sporadis. Secara politik boleh saja, namun paradoks jika amunisi diskursus yang dibangun dengan hoaks,” tandasnya.