Oleh: Yan Rizal
(Pemerhati Jakarta & Eks Aktivis HMI)
Suara rakyat dengan hasil survei jauh berbeda. Anies Baswedan sudah mengalami getirnya dikalahkan lembaga survei.
BERITA TERKAIT :Di Pilkada Jakarta 2017, Anies selalu kalah dengan survei. Bahkan, mantan Gubernur DKI Jakarta itu selalu berada diurutan ketiga dari tiga calon pasangan cagub-cawagub.
Tapi suara rakyat saat mencoblos beda fakta. Anies berhasil memenangkan pertandingan melawan Ahok-Djarot.
Walau dikeroyok banyak partai, nama Anies yang berpasangan dengan Sandiaga Uno melejit dengan dukungan suara 57,96 persen. Sedangkan Ahok-Djarot 42,04 persen.
Di Pilpres 2024 ini, nasib Anies juga sama. Dia selalu kalah dari dominasi Ganjar Pranowo dan Prabowo Subainto.
Tragisnya nama Anies, juga selalu mendapat serangan bertubi-tubi, bully dan fitnah hingga isu penjegalan sebagai capres.
Bukan cuma Anies, parpol pendukungnya yakni NasDem, PKS dan Demokrat juga kena imbas. Yang parah adalah NasDem.
Partai besutan Surya Paloh itu kini kadernya yang duduk sebagai menteri lagi dibidik. Entah benar atau tidak, tapi opini yang berkembang adalah dampak NasDem mendukung Anies sebagai capres.
Begitu juga dengan Demokrat. Partai yang didirikan SBY ini terus dilanda konflik internal yang mendadak muncul pasca resmi mendukung Anies.
Yang tensi serangannya rendah adalah PKS. Partai berlebel dakwah ini hanya dicap intoleran.
Survei memang permainan angka. Banyak kabar beredar diduga hasil survei bisa dipesan dan hasilnya tergantung si pemesan.
Jika itu benar maka sama saja dengan pembohongan intelektual. Karena hasil survei bisa disebut karya intelektual.
Dikalahkan lembaga survei terjadi juga pada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Tapi dia telah memenangkan putaran kedua pemilihan presiden (pilpres) Turki, yang membuatnya berkuasa lagi untuk periode ketiga.
Ini mengejutkan karena dia diprediksi kalah oleh berbagai lembaga survei.
Dalam pemungutan suara yang digelar, Erdogan dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) menang dengan meraih 52,14 persen suara.
Sedangkan rivalnya, Kemal Kilicdaroglu dari Partai Rakyat Republik (CHP) meraih 47,86 persen suara. Selisih perolehan suara keduanya mencapai sekitar 2 juta.
Kisah Erdogan dan Pilkada DKI adalah fakta kalau hasil survei tidak benar 100 persen. Karena survei hanya angka-angka yang siapa saja bisa menulisnya.