Berita Indonesia terkini politik, ekonomi, megapolitan , Politik, senayan, nasional balaikota, olahraga, lifestyle dan hiburan ditulis lengkap dan mendalam - Radarnonstop.co

Fahd El Fouz: Energi Sumatera Bisa Jadi Alat Tawar ke 3 Negara Tetangga

Tori | Sabtu, 19 November 2022
Fahd El Fouz: Energi Sumatera Bisa Jadi Alat Tawar ke 3 Negara Tetangga
-

RN - Energi listrik hingga hari ini masih jadi kebutuhan pokok rakyat Indonesia.

Namun, perlu siap-siap listrik yang dikelola Perusahaaan Listrik Negara (PLN) dalam beberapa tahun ke depan akan berubah.

"Listrik yang dihasilkan PLN hari ini proses energinya paling banyak masih menggunakan batu bara bagaimana 10-20 tahun ke depan? Apakah masih sama?" tutur Ketua Umum DPP Bapera, Fahd El Fouz A Rafiq di kantor DPP Bapera, Karet Tengsin,Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat pada Jumat (18/11/2022).

BERITA TERKAIT :
Syafrin Liputo Kalau Ngeles Paling Jago, Ngaku Beli Moge Rp 6,3 M Buat Kawal Gubernur DKI Baru
Dishub DKI Dihujat Soal Motor Listrik Rp 6,3 Miliar, Syafrin Liputo Buang Badan Dan Sebut Untuk Kawal Gubernur  

Ia jadi berpikir ketika dunia melakukan pembaharuan secara singkat seperti listrik yang biasa disuplai PLN ke masyarakat beralih membeli power bank untuk rumah tangga.

"Apa yang terjadi kemudian? pastinya PLN akan gulung tikar," terangnya.

"Saya coba melompat sejenak, energi di Sumatera bisa mengendalikan Selat Malaka dan juga mengendalikan tiga negara yaitu Thailand, Malaysia, dan Singapura melalui kekuatan lobi antarnegara," lanjutnya.

Selama ini Malaysia dan Singapura untuk energi listriknya masih impor batu bara dari Indonesia, begitu juga dengan sebagian Thailand.

Menurut dia, jika thorium dimaksimalkan di Pulau Bangka Belitung dan dikelola sebagai pembangkit listrik tenaga nuklir bertenaga, maka bisa disuplai untuk Sumatera. Kemudian dijual murah 0,5 sen per KWH ke Singapura, Malaysia dan Thailand.

"Maka Pelabuhan Kuala Tanjung wilayah Sumatera Utara dijadikannya alat tawar. Apa alat tawar itu? Muatan di Port Kelang Malaysia dan Singapura harus memberikan sea port jatah ke Pelabuhan Kuala Tanjung," jelas dia.

Jadi, lanjut dia, untuk membuat Sumatera menjadi kekuatan maritim laut maka Selat Malaka harus dikendalikan dan kekuatan alat tawar energi listrik di kawasan.

Mantan Ketum PP AMPG ini juga menyinggung soal dinamika politik dalam negeri yang ramai diperbincangkan, Fahd menuturkan, untuk menjadi pendekar politik harus jadi pendengar yang baik. "Saya tidak takut dengan orang yang punya ribuan jurus. saya paling takut dengan orang yang punya satu jurus tapi di ulangi 1000 kali," ungkap dia.

"Mendengar yang baik, mencatat yang baik dan bertindak cepat itu kuncinya. Jadi sekali lagi saya ulangi. Orang yang paling berbahaya adalah seorang pendengar yang baik, berpikir yang dalam dan pengamat yang tajam serta eksekutor pro rakyat yang cepat," ucap ia, menandaskan.

KTT G20 dan Langkah Selanjutnya

Fahd kembali membahas KTT G20 yang kemarin dilangsungkan di Bali.

"Bapak Joko Widodo dan Bapak Airlangga Hartarto sukses sebagai tuan rumah. Keamanan yang super ketat pada pelaksanaan agenda tersebut menyilaukan mata dunia. Karena memiliki tingkat keamanan dan pertahanan berlapis, dan seluruh kegiatan berjalan sesuai rencana, bahkan penilaian Indonesia sebagai tuman rumah jauh diatas ekspektasi kita," urainya.

Di sisi lain Tajuk Utama Global hanya menyoroti dua tokoh dunia yang sedang perang dagang yaitu Joe  Biden (AS) dan Xi Jinping (Tiongkok). Satu lagi rapat darurat G7 terkait roket nyasar yang masuk ke wilayah Polandia dan menjadi drama baru di KTT G20 kemarin.

Fahd mengusulkan pada pemerintah setelah KTT G20, harus menjadi pelopor dan pemimpin untuk suara negara-negara berkembang.

Indonesia harus dapat menjawab tantangan hari ini dengan menggemakan keprihatinan pada negara-negara miskin tentang tatanan global kontemporer. Indonesia juga, menurut Fahd, harus membantu menjembatani kesenjangan di berbagai pihak.

Presidensi KTT G20 pada September 2023 telah diserahkan kepada India.

Indonesia harus terus melakukan komunikasi yang intensif dan cekatan guna menyeimbangkan hubungan dengan Rusia serta barat.

"Ketika telah memenangkan dukungan luar negeri kita juga harus mengukuhkan Indonesia sebagai pialang kekuatan internasional," tutup Ketua Bidang Ormas DPP Partai Golkar ini.